logo

Kampus

Kembali Pimpin UII Yogyakarta, Fathul tak Gadaikan Idealisme Kampus

Kembali Pimpin UII Yogyakarta, Fathul tak Gadaikan Idealisme Kampus
Fathul Wahid kembali dilantik sebagai Rektor UII Yogyakarta periode 2022-2026, Kamis (2/6/2022). Selama kepemimpinannya, ia berjanji tidak akan menggadaikan idealisme kampus demi mengikuti ajaran neoliberasime. (EDUWARA/Humas UII)
Setyono, Kampus02 Juni, 2022 18:38 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Guru Besar bidang Ilmu Sistem Informasi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Fathul Wahid kembali memimpin sebagai Rektor UII periode 2022-2026.

Di tengah perubahan pengelolaan perguruan tinggi serta tantangan yang dihadapi, Fathul memastikan tidak akan menggadaikan idealisme UII untuk mengikuti aliran ajakan paham neoliberalisme.

"Saat ini neoliberalisme menjelma sebagai sistem metriks untuk mengukur semua kinerja yang berdampak tergadaikannya keseragaman dan mengabaikan idealisme. Ini juga menghilangkan keunikan misi dan faktor kesejarahan sebuah perguruan tinggi," kata Fathul dalam pidato pelantikannya, Kamis (2/6/2022).

Bagi Fathul, dalam mengelola perguruan tinggi sekarang tidak akan mungkin berhasil tanpa ikhtiar sepenuh hati. Pasalnya, berbagai tantangan yang terhampar di depan mengharuskan perguruan tinggi memberi respon tepat dan cepat.

Perubahan permainan di lapangan yang begitu cepat menghadirkan dilema yang memerlukan pemikiran ekstra sebagai pilihan bermartabat. Beberapa terlihat komplementer, saling melengkapi, tapi secara operasional tidak jarang pilihan harus diambil.

Ia menggambarkan situasi sekarang menjadi semakin sulit, jika pilihan yang ada bisa saling menegasikan atau bersifat diametral yang berpotensi melanggar nilai-nilai fondasi perguruan tinggi.

"Karenanya, perlu refleksi bersama terhadap beberapa dilema tersebut. Refleksi ini menjadi semakin penting dan perguruan tinggi tidak boleh menggadaikan idealismenya. Menghadapi ini tidak mungkin berhasil tanpa ikhtiar sepenuh hati," kata Fathul.

Bagi Fathul melihat permasalahan dari berbagai perspektif terutama yang terkait pijakan dalam mengelola perguruan tinggi. Maka, jika dikritisi secara jujur, banyak praktik pendidikan tinggi di Indonesia, dan juga belahan dunia lain, yang terjebak pada pijakan neoliberalisme.

Indikasinya pun beragam. Korporatisasi perguruan tinggi, dengan segala turunannya. Fathul memberi contoh, perguruan tinggi dianggap sebagai penghasil lulusan, sebagai bagian dari mesin produksi dan bukan manusia yang dimuliakan semua potensi kemanusiaannya. Akibatnya, materi menjadi ukuran dominan.

"Kami memohon selalu kiriman doa dan dukungan dan kerja samanya untuk kemajuan UII pada masa depan. UII yang lebih unggul, UII yang lebih memberikan dampak kepada umat dan bangsa," ujar Fathul.

Dalam Rapat Senat UII yang dihelat 7 Maret 2022, Fathul memperoleh suara terbanyak dengan 67 suara atau 59,29 persen dari 113 jumlah suara yang sah. Ia menjadi Rektor yang ke-12 sejak perguruan tinggi nasional pertama ini berdiri pada periode 1945.

Selain melantik Rektor yang baru, turut dilantik juga empat Wakil Rektor UII yaitu Wakil Rektor Bidang Sumber Daya dan Pengembangan Karier Zaenal Arifin, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni, Rohidin, Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan Wiryono Raharjo dan Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset Jaka Nugraha.

Read Next