logo

Gagasan

Kepedulian Akademisi pada Krisis Lingkungan Harus Terus Dihidupkan

12 Mei, 2025 18:36 WIB
Kepedulian Akademisi pada Krisis Lingkungan Harus Terus Dihidupkan
Presiden keenam RI dan pendiri TYI, Susilo Bambang Yudhoyono (EDUWARA/K. Setyono)

Eduwara.com, JOGJA – Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan apa yang dilakukan oleh akademisi, peneliti, pemerhati lingkungan terhadap dampak perubahan iklim maupun krisis iklim harus terus dihidupkan. Menurutnya, krisis iklim dan lingkungan itu nyata, bukan fiksi.

Hal ini disampaikan SBY saat memberi sambutan dalam diskusi akademik bertajuk ‘Lecture Series 2025 Green Growth; Sustainable Growth with Equity’, yang diselenggarakan The Yudhoyono Institute (TYI) pada Senin (12/5/2025) di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Diskusi akademik yang menghadirkan pembicara tiga profesor dari Universitas Stanford AS ini menjadi pengingat isu perubahan iklim dan krisis lingkungan kurang menjadi perhatian publik,” katanya.

Saat ini, kata SBY, dunia mengalami perkembangan yang kurang menggembirakan. Dunia dijejali isu-isu di luar prediksi dan mencemaskan. Isu-isu perang, perbedaan geopolitik, perang dagang, dan perang ekonomi menjadikan dunia semakin rumit, berbahaya serta mengancam kehidupan.

“Namun saya percaya, yang kita lakukan sekarang ini bersama TYI akan bisa menyelamatkan masa depan manusia. Ini isu yang sangat fundamental karena akan menjadi wawasan serta pengetahuan luar biasa terkait dengan misi besar kita menyelamatkan bumi, menyelamatkan dunia, menyelamatkan anak cucu kita serta masa depan kita semua,” paparnya.

SBY mengingatkan saat ini dunia jangan larut dalam konflik dan peperangan geopolitik yang hanya menyusahkan kehidupan manusia. Semua harus tahu bahwa perubahan iklim dan krisis lingkungan itu nyata, bukan fiksi. Sehingga diperlukan langkah, aksi bersama yang nyata, efektif dan memberikan dampak yang nyata pula.  

Menko Infrastruktur dan Pembangunan Daerah dan Direktur Eksekutif TYI, Agus Harimurti Yudhoyono. (EDUWARA/K. Setyono)

“Kalau kita gagal bersatu atau berkolaborasi mengantisipasi penanganan krisis iklim, lingkungan dengan segala dampaknya, kita gagal mengembang misi yang diberikan Tuhan YME, dan misi kemanusiaan yang menjadi tanggung jawab kita semua,” ucap SBY yang menjadi pendiri TYI.

Dalam diskusi akademik ini, tiga professor asal Universitas Stanford yaitu Yi Cui, William Chueh, dan David Cohen.

Agenda Penting

Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Daerah sekaligus Direktur Eksekutif TYI, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan perubahan iklim maupun krisis lingkungan itu nyata.

“Tema diskusi akademik tahunan kali ini ‘Pertumbuhan Hijau: Pertumbuhan Berkelanjutan dengan Keadilan’, di mana kami ingin menekankan isu keberlanjutan bukan hanya soal lingkungan, melainkan juga menyangkut martabat manusia, pengentasan kemiskinan, dan keamanan generasi masa depan,” terangnya.

Sebagai Menteri Presiden Prabowo Subianto, AHY menuturkan pemerintah saat ini sedang mempercepat berbagai agenda penting: ketahanan pangan, air bersih, transisi energi, hingga pengembangan industri berkelanjutan.

Ia menjelaskan bagaimana kebijakan yang terintegrasi, seperti pengelolaan irigasi dan pengembangan industri kendaraan listrik, menunjukkan bahwa pembangunan dapat selaras dengan prinsip keadilan sosial dan inovasi.

“Kita tidak bisa jalan sendiri, tantangan perubahan iklim, ketidakamanan pangan dan energi, hingga kesenjangan digital bersifat global dan mendesak,” tegasnya.

AHY mengajak peserta untuk merenungkan tiga isu mendasar: redefinisi pertumbuhan, perluasan dampak teknologi, dan pentingnya tata kelola yang menyambungkan wawasan global dengan aksi lokal.

Read Next