Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Mahasiswa Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta ternyata memiliki sebuah wadah inklusif untuk mengembangkan diri, saling peduli dan saling berbagi. Menamakannya dengan nama Mahasiswa Sadar infaq Shadaqah (Madaris), wadah ini menjadi gerakan filantropi kemanusiaan yang cukup eksis di UNISA.
Pada Ramadan ini, Madaris turut ambil bagian dalam kegiatan Ta'awun Sosial UNISA Yogyakarta yang bertajuk ‘Menebar Ihsan dan Merawat Keadaban Publik’. Kegiatan ini digelar sejak Selasa (19/3/2025) sampai Sabtu (22/3/2025).
“Semua kegiatan yang dilakukan anggota Madaris ini sama dengan kegiatan Lazismu. Semua berfokus pada gerakan filantropi kemanusiaan,” kata Pembina Madaris sekaligus Pengurus Lazismu UNISA Yogyakarta, Andis, Sabtu (22/3/2025) petang.
Mengutamakan prinsip tolong menolong tanpa memandang agama, suku bangsa, maupun latar belakang, anggota Madaris yang saat ini tercatat sebanyak 170 orang yang tidak melihat latar belakang. Selain dari kalangan muslim, banyak anggota Madaris yang non muslim dan aktif mengikuti pengajian serta gerakan sosial lainnya.
Salah satu gerakan yang menjadi unggulan Madaris adalah ‘Sedekah Seribu dan Dua Ribu’ atau yang biasa disingkat ‘Serdadu’. Sedekah yang terkumpul setiap bulan ini nantinya diberikan kepada mahasiswa yang kurang mampu.
“Mahasiswa yang tidak mampu bayar kos, tidak mampu bayar kuliah, bahkan kehabisan bahan makanan bisa mengajukan ke Madaris. Bantuan itu nanti kita ambilkan dari program Serdadu. Dari mahasiswa untuk mahasiswa,” lanjut Andis.
Pengalaman Sosial
Sejak digagas Lazismu dan Wakil Rektor III UNISA Yogyakarta Mufdlilah, progam Serdadu telah melahirkan beasiswa Madaris dan berhasil mengcover 42 mahasiswa. Tahun ini, ada 25 pendaftar baru beasiswa Madaris.
“Tapi kami gak langsung kasih juga kepada mereka yang mengajukan. Kami ajak mereka untuk kegiatan sosial. Jadi nantinya semakin banyak yang terbantu,” ujar Andis.
Ada juga program ‘Sebarkas’. Pada program ini, anggota Madaris mengumpulkan barang bekas yang ada di UNISA Yogyakarta, mulai dari botol plastik bekas, kardus dan yang lainnya, untuk dijual. Berbagai program ini digagas dengan harapan agar mahasiswa yang berkuliah di UNISA Yogyakarta tidak ada yang mengalami kesulitan biaya.
Salah satu anggota Madaris, Elisabeth Ferrinidinasari Lamen yang kuliah di Program Studi Manajemen UNISA Yogyakarta mengatakan setelah setahun bergabung dengan Madaris, ia mendapatkan banyak pengalaman sosial yang tidak membedakan latar belakang.
“Saya nonmuslim dan memiliki kepedulian tinggi ke sesama. Madaris terbuka dan tidak membeda-bedakan. Selain kegiatan sosial, saya juga diberi kesempatan untuk ikut kegiatan keagamaan seperti pengajian. Ini menjadi pembelajaran penting,” kata Elisabeth yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Wakil Rektor III UNISA Yogyakarta, Mufdlilah, mengatakan berbagai kegiatan yang dilakukan Madaris bukan sekadar aksi sosial sesaat, melainkan bagian dari upaya berkelanjutan UNISA Yogyakarta untuk menjalin kedekatan dan meringankan beban mahasiswa.
“UNISA Yogyakarta tidak hanya menjadi pusat pendidikan, tetapi juga menjadi solusi bagi permasalahan sosial yang ada, baik di mahasiswa sendiri maupun masyarakat. Berbagai kegiatan bakti sosial yang kita lakukan menjadi perumusan nilai berbagi, saling menolong dalam kebaikan,” ujar Mufdlilah.