Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA—Pekan ini publik pemerhati pendidikan di Tanah Air heboh dengan berita penyelenggaraan KTT G20 di Bali pada akhir 2022 akan menandai diresmikannya UID Bali Campus. Disebutkan UID adalah sebuah kampus terpadu yang akan menjadi wadah mempertemukan lembaga pendidikan, penelitian dan pengembangan di dunia.
Kampus tersebut diharapkan bisa membantu akselerasi pencapaian tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs) di tingkat nasional, regional dan global. Selain itu, kampus yang terletak di pulau Kura-Kura Bali, Serangan, Denpasar ini akan menjadi wadah berbagai kegiatan untuk memfasilitasi lahirnya inovasi dan pengembangan sumber daya manusia.
Ketua Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID), Suyoto mengatakan bahwa UID Bali Campus akan diteruskan dan dikembangkan program kerja sama pendidikan dengan MIT Sloan School of Management, sebuah program Pendidikan Eksekutif.
"Angkatan pertamanya berlangsung sejak 2008 dan kini sedang memasuki angkatan ke-7 (IDEAS Asia Pacific)," kata Suyoto dalam keterangan tertulisnya, Selasa 18 Januari 2022. Dia menuturkan, UID Bali Campus juga akan menjadi rumah bagi Tsinghua University Southeast Asia Center, sebagai kerja sama Yayasan UID dengan Tsinghua University.
Kabar Massachusetts Institute of Technology (MIT) buka cabang di Indonesia dengan cepat menyebar di banyak media online Tanah Air, termasuk media-media online arus utama yang mengklaim selalu mengutamakan verifikasi berita.
Maraknya berita online Tanah Air yang diamplifikasi media sosial bahkan memakan nalar Najib Razak, mantan Perdana Menteri Malaysia yang kemudian marak diberitakan oleh media online. Najib mencuitkan kekecewaannya kenapa MIT tak memilih Malaysia.
Pembukaan cabang kampus internasional di Indonesia bukan sesuatu yang baru. Sebelum MIT sudah ada Monash University yang membuka cabang di BSD, Tangerang akhir 2020. Mereka fokus pada pendidikan pascasarjana.
Dalam penelusuran Eduwara, hingga saat ini, belum ada kampus luar negeri membuka kampus di Indonesia untuk sepenuhnya fokus pada pendidikan di tingkat sarjana. Jika pun ada, bentuknya joint program alias kampus tersebut bekerjasama dengan kampus di Indonesia.
Mahasiswa yang berminat menempuh program internasional akan menempuh pendidikan beberapa semester di kampus Indonesia lalu melanjutkan beberapa semester di kampus di luar negeri. Tentu saja biayanya tak murah.
Ada pula kampus berbau-bau asing yang ternyata sepenuhnya adalah kampus lokal. Contoh Swiss German University (Universitas Swiss German) di Serpong (Tangerang), London School of Public Relations (STIKOM LSPR) atau LaSalle College (Sekolah Tinggi Desain LaSalle) yang meski menggunakan nama asing, letaknya sama-sama di Karet Tengsin, Jakarta Pusat.
Kampus-kampus berbau nama asing ini tak ada beda dengan kampus ruko Bina Sarana Informatika (BSI) yang mencuri perhatian publik menggunakan sosok yang mirip Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Mencuri perhatian, namun tentu saja ya sekadar iklan. Kualitas sebetulnya nomor sekian.
Nah, dalam kasus UID Bali Campus, Eduwara secara sederhana melakukan penelitian sederhana lewat dua cara. Pertama, membuka website Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Budaya atau PDDikti. Hal yang mudah dilakukan oleh individu yang lulus Sekolah Dasar sekalipun.
Karena sekadar gimmick, seperti sudah diduga, ketika diketikkan nama UID Bali Campus maka tidak akan muncul nama kampus tersebut. Ini cara sederhana dan menimbulkan tanya bagaimana sebetulnya kualitas SDM wartawan di media-media online arus utama yang tentu sudah bergelar sarjana.
Cara Kedua, membuka situs Yayasan Upaya Indonesia Damai yang disebutkan ada di balik UID Bali Campus yang heboh diberitakan. Dari situ terlihat yang dimaksud UID Bali Campus adalah lembaga kursus bagi profesional. Kursus sambil liburan.
Bagaimana Massachusetts Institute of Technology menanggapi kabar mereka diklaim membuka kampus di Indonesia? Kabarnya mereka sudah membantah. Mereka mengatakan tidak pernah menandatangani kerja sama dengan Universitas Tsinghua untuk mendirikan kampus di Bali. Pihak MIT juga menyatakan bahwa kompleks universitas yang dibangun di Bali itu tidak ada hubungannya dengan mereka.
Lalu bagaimana dengan media-media yang telanjur memberitakan hoax tersebut? Banyak yang memilih diam membiarkan berita itu tetap terpajang, ada pula yang kemudian melambari berita mereka dengan berita lain, contohnya Tempo.co.