logo

Kampus

Perintis PLD UIN Sunan Kalijaga Menyemangati Mahasiswa Difabel

Perintis PLD UIN Sunan Kalijaga Menyemangati Mahasiswa Difabel
Tiga pejuang pendidikan inklusif, Wawan Handoko, Presti Murni Setiati dan Aris, bertemu dan berbagi cerita dengan para mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga di PLD UIN Sunan Kalijaga. Wawan, Presti dan Aris merupakan bagian dari generasi awal yang merintis berdirinya layanan difabel, yang saat itu masih bernama Pusat Studi dan Layanan Difabel (PSLD). (EDUWARA/Dok. UIN Sunan Kalijaga)
Setyono, Kampus13 Oktober, 2025 17:29 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Pusat Layanan Difabel (PLD) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga kembali menjadi saksi pertemuan mengharukan lintas generasi para pejuang pendidikan inklusif.

Dalam sebuah acara penuh keakraban, PLD UIN Sunan Kalijaga kedatangan tiga tamu istimewa, yaitu Wawan Handoko, Presti Murni Setiati dan Aris. Ketiganya merupakan sosok penting dalam sejarah perjalanan layanan difabel di kampus ini. 

Wawan, Presti dan Aris adalah bagian dari generasi awal yang merintis berdirinya layanan difabel, yang saat itu masih bernama Pusat Studi dan Layanan Difabel (PSLD). Wawan, alumni Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan angkatan 2004. Sedangkan Presti, alumni Prodi Manajemen Pendidikan Islam di Fakultas Imu Tarbiyah, angkatan 2006. 

Mereka hadir pada Sabtu (11/10/2025) pagi untuk membagikan kisah perjuangan mereka kepada para mahasiswa difabel angkatan terbaru.

"Dulu, ruangan PLD belum seperti sekarang. Tapi yang paling penting bukan akses fisiknya, melainkan keyakinan bahwa kita bisa belajar dan berjuang sejajar dengan siapa pun,” ucap Wawan membuka ceritanya.

Wawan yang saat ini bertugas di SLB Negeri Wonogiri, berkisah tentang membangun keyakinan dari keterbatasan. Ia disambut hangat mahasiswa yang menyimak dengan saksama.

Solidaritas

Presti, yang kini menjadi guru PNS di MTsN 1 Kabupaten Magelang, sembari menempuh Pendidikan S2 di UIN Sunan Kalijaga, berbagi wawasan yang lebih progresif. Ia menekankan pentingnya pendidikan lanjut, kemandirian, dan membangun solidaritas.

"Solidaritas adalah kekuatan kita. Jangan pernah merasa sendiri dalam perjuangan ini," pesan Presti.

Kisah Presti yang sukses dalam karier dan keluarga menjadi motivasi nyata bagi mahasiswa muda.

Aris, rekan seperjuangan Wawan yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMK Ma'arif Batang, juga hadir memberikan dukungan. Kehadiran para alumni ini langsung menghidupkan suasana, membuat para mahasiswa merasa terhubung dengan sejarah dan semangat yang sama.

Acara dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) lintas angkatan. Para mahasiswa difabel duduk melingkar, saling berbagi pengalaman, tantangan, dan harapan. Muncul berbagai usulan, mulai dari pelatihan keterampilan, akses teknologi, hingga penguatan solidaritas antar mahasiswa difabel.

Koordinator PLD UIN Sunan Kalijaga, Asep Jahidim, saat menutup acara menegaskan PLD UIN Sunan Kalijaga bukan hanya sekadar tempat layanan, melainkan rumah bagi para mahasiswa difabel.

"Ia adalah ruang pertemuan lintas waktu-tempat masa lalu, kini, dan masa depan menyatu dalam cahaya perjuangan, kemanusiaan, dan harapan," tutupnya.

Pertemuan ini tidak hanya menjadi ajang nostalgia, tetapi juga menyalakan kembali semangat para mahasiswa difabel untuk terus berjuang meraih cita-cita, sama seperti para pendahulu mereka.

Read Next