Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Dosen Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Bagus Anwar Hidayatulloh, menegaskan pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tak tertandingi dan berperan besar dalam membentuk wajah pendidikan nasional.
Menurutnya, pesantren memiliki keunikan dalam mencetak sumber daya manusia. Sistem pembelajaran pesantren yang komprehensif, mencakup ilmu substansi seperti tafsir hingga ilmu alat seperti nahwu, shorof, balaghah, dan mantiq, membentuk keseimbangan antara akal dan moral, rasionalitas dan spiritualitas.
"Hanya di pesantren lahir ribuan penghafal Al-Qur’an, ahli tafsir, hadits, fiqih, dan bahasa Arab yang mendalam ilmunya," jelas Bagus Anwar Hidayatulloh, Kamis (23/10/2025).
Dari sisi kelembagaan, lanjut Bagus, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang sudah eksis jauh sebelum Republik Indonesia berdiri. Saat ini, terdapat lebih dari 40.000 pesantren di Indonesia, menyumbang hampir 10 persen dari keseluruhan lembaga pendidikan nasional.
"Ini bukan angka kecil, melainkan bukti bahwa pesantren berperan besar dalam membentuk wajah pendidikan Indonesia," katanya.
Lebih menarik lagi, Bagus menyoroti bahwa banyak lembaga pendidikan modern kini justru mengadopsi, meniru, bahkan menjiplak sistem pendidikan pesantren. Program seperti boarding school, character building, pendidikan berbasis moral dan spiritual, hingga sistem full day school sejatinya merupakan hasil adaptasi dari tradisi pesantren.
"Padahal, sistem pendidikan pesantren telah lebih dahulu menerapkan konsep pembelajaran holistik yang kini justru diidealkan oleh dunia pendidikan modern," ungkapnya, seraya menambahkan bahwa kaum santri juga memiliki peran penting sebagai benteng moral bangsa yang konsisten menolak ekstremisme.
Ditjen Pesantren
Sementara itu, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI sekaligus Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Hilmy Muhammad, menyoroti pembentukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di Kementerian Agama.
Menurut Hilmy, kehadiran Ditjen Pesantren merupakan komitmen negara yang menginginkan masa depan pendidikan yang berakar pada nilai, karakter, dan kemandirian. Selama ini, terlalu lama pesantren dianggap sebagai ‘pelengkap penderita’ dalam sistem pendidikan nasional. Padahal pesantren adalah akar yang menegakkan pohon bangsa.
Hilmy menambahkan, pesantren telah membuktikan mampu melahirkan intelektual, pemimpin, dan cendekiawan modern. Ini adalah bukti pesantren mampu melahirkan manusia berilmu, berkarakter, dan terbuka terhadap perubahan zaman, bahkan menjadi modal penting di era disrupsi dan globalisasi.
Kehadiran Ditjen pesantren diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih pada pesantren, yang selama ini dibiarkan berjuang sendiri tanpa dukungan kelembagaan yang memadai.
"Pesantren tidak bisa disamakan dengan lembaga pendidikan formal lain. Pesantren memiliki fungsi ganda: mendidik dan memberdayakan masyarakat. Keunikan pesantren terletak pada perpaduan antara pendidikan moral, spiritual, dan sosial yang berjalan seiring dengan penguatan karakter kebangsaan,” tutup Hilmy.