Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Tim Aero Fun Research Tech berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) atas karyanya berupa sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak. Tim ini mampu membawa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bersaing dengan 49 perguruan tinggi lainnya.
Lewat Program Inovasi Wirausaha Digital Mahasiswa (IWDM) 2022, yaitu program unggulan mengasah kreativitas dan inovasi mahasiswa yang diadakan Kemendikbudristek, Tim Aero Fun mampu menciptakan pesawat nirawak dengan kualitas sepadan buatan luar negeri.
Ketua Tim Fallah Alfrido Firmansyah mengungkapkan bahwa produksi UAV di Indonesia belum dilakukan secara masif. Produk UAV di Indonesia rata-rata datang dari luar negeri. Belum ada perusahaan atau developer lokal yang memproduksi ini secara massif.
"Padahal SDM Indonesia sangat mendukung dan siap. Melihat dari hal tersebut, kami berinisiatif membuat UAV yang kualitasnya sama dengan luar negeri. Ini loh buatan orang Indonesia yang nggak kalah dengan orang luar," jelas mahasiswa Teknik Mesin ini pada Senin (8/8/2022).
Fallah mengklaim, UAV buatan timnya ini tak hanya bisa digunakan untuk satu sektor, melainkan bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh banyak sektor/bidang seperti sektor kesehatan dalam hal pengiriman obat dan evakuasi maupun memonitori korban bencana di lokasi sulit dijangkau.
Dalam proses pembuatan selama 40 hari, tim yang beranggotakan Syaif Ambiya mahasiswa Teknik Mesin, Mentari (Farmasi), Siti Halimatussa'diyah (Farmasi), dan Putri Hanifah Anggraeni (Manajemen), menghadirkan keunggulan tersendiri dari pesawat UAV lainnya.
Fallah mengungkapkan pesawat buatan timnya memiliki harga murah dengan kualitas tinggi, dan sebanding dengan UAV buatan luar negeri.
"Spesifikasinya, berat pesawat 4,7 kg dengan kemampuan mengangkat beban hingga 500-800 gram, panjangnya 2 meter dan mampu terbang di ketinggian 350 meter dengan durasi satu jam. Lalu endurance jelajahnya 28 kilometer, ditempuh dengan waktu 28 menit," paparnya.
Ia juga mengklaim dalam mengendalikan pesawat UAV, timnya tetap memperhatikan regulasi yang dibuat oleh Aircraft Indonesia serta menggunakan material carbon kevlar. Material istimewa karena lebih ringan tetapi lebih kuat dari baja juga anti api dan umumnya material ini digunakan oleh perusahaan besar pembuat UAV.
Kompetisi IWDM ini diikuti oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian Kemendikbudristek menyaring peserta menjadi 49 perguruan tinggi di Indonesia dan UMY termasuk salah satunya.
Fallah juga berencana menggandeng instansi-instansi di Indonesia yang membutuhkan unit pesawat UAV.
"Ke depan, sasaran kami adalah instansi-instansi yang ada di Indonesia. Kami akan menggandeng instansi yang membutuhkan unit UAV. Ini loh ada produk lokal jadi tidak perlu jauh-jauh pesan ke luar negeri," ungkapnya.
Fallah juga menambahkan jika saat ini, karya timnya sudah dilirik oleh salah satu instansi di Semarang. Mereka memesan satu unit pesawat UAV. Ia berharap ke depan, startup ini bisa menjadi startup yang mempelopori pengembangan pesawat UAV di dalam negeri.