Eduwara.com, JOGJA – Tiga lembaga pendidikan dan satu dunia industri bertemu dan bersepakat untuk membangun ekosistem inovasi di Indonesia. Kehadiran ekosistem inovasi ini bertujuan untuk melahirkan inovasi teknologi, untuk kemajuan Indonesia.

Kesepakatan tentang ekosistem inovasi ini dihadirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Paragon Corp dan Universitas Gadjah Mada (UGM), yang akan berkolaborasi dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) seusai diskusi 'Innovation Ecosystem in Indonesia: the MIT REAP Framework’, di Jakarta, Selasa (20/6/2023).

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Kemendikbudristek Nizam mengatakan program ini merupakan gebrakan baru karena pemerintah menggunakan multi stakeholder approach dalam membangun suatu ekosistem inovasi.

• Lewat Jalur SNBT, Tahun Ini UNY Terima 2.068 Mahasiswa Baru
• SNBT Diumumkan, UIN Sunan Kalijaga Terima 879 Mahasiswa Baru
• Pencetak SDM Unggul, Guru Ajak Generasi Muda Jadi Tenaga Pendidik

"Pendekatan ini akan melibatkan kolaborasi banyak pihak: universitas, pemerintah dan swasta bersama-sama. Biasanya kita bekerja sendiri-sendiri, tapi sekarang kita mencoba membangun ekosistem inovasi bersama-sama," kata Nizam dilansir Rabu (21/6/2023).

Adapun program ini diadakan untuk mencapai visi Indonesia Maju. Indonesia membutuhkan inovasi teknologi yang hanya dapat dicapai dengan pendekatan ekosistem.

CEO Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, menceritakan pengalamannya ketika membangun ekosistem di Paragon. Menurutnya, Paragon sebetulnya sudah menjadi perusahaan berbasis ekosistem sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.

"Ekosistem adalah rahasia kesuksesan Paragon sehingga mampu mengalahkan market share perusahaan-perusahaan biotech dan kosmetik dari luar negeri," katanya.

Paragon sangat setuju dengan pemaparan MIT di mana framework harus disesuaikan dengan budaya masyarakat setempat. Tentunya pengalaman MIT tersebut harus dapat disesuaikan dengan konteks Indonesia karena berdasarkan pengalaman Paragon, ada banyak yang harus diatasi secara spesifik, untuk kasusnya di Indonesia.

Mindset

Senior Lecturer MIT Sloan Shari Loessberg, memaparkan hal-hal yang paling penting untuk membangun ekosistem inovasi di suatu negara adalah kerja sama antara pemangku kepentingan di sebuah negara dan swasta yang kuat dalam menjadi perintis pembangunan ekosistem inovasi.

Dirinya mengatakan sebetulnya yang paling penting dalam membangun ekosistem inovasi itu adalah mindset orang-orangnya, bukanlah uang atau resource.

"Itu yang harus ditanyakan masing-masing bangsa ke dirinya sendiri, karena memang tergantung budaya yang ada di negara itu. Apakah mau ber-mindset kolaborasi dan kerja sama antar sektor, atau tidak peduli dan jalan sendiri-sendiri saja dengan ego sektoral? Tentunya semua sektor harus berkolaborasi agar ekosistem inovasi yang diharapkan dapat tercipta", ujar Shari Loessberg.

• Pendaftar dan Daya Tampung Jalur SNBT 2023 Meningkat
• UGM Jaring 2.826 Mahasiswa Baru Lewat SNBT
• Pencetak SDM Unggul, Guru Ajak Generasi Muda Jadi Tenaga Pendidik

Lebih lanjut, Shari Loessberg juga menyampaikan bawa MIT REAP dapat menanam benih ekosistem, tetapi apakah ekosistem itu akan tumbuh berkembang akan bergantung pada penerimaan budaya dan mindset masyarakat setempat.

"Dan untuk ini, kami berniat belajar dari sumber yang terbaik MIT, yang berpengalaman selama puluhan tahun dalam membangun ekosistem inovasi di 70 negara. Kami mencoba mengaplikasikan MIT REAP Framework untuk menciptakan ekosistem inovasi di Indonesia," ujarnya.

Main Organizer & Harvard Graduate, Marina Kusumawardhani, menyebut dalam program ini MIT selama dua tahun akan berkolaborasi membangun ekosistem inovasi di Indonesia. Program yang dilaksanakan bersama-sama dan melibatkan banyak pihak ini dapat menghasilkan gebrakan ekosistem inovasi di Indonesia dan mampu mencapai visi Indonesia Maju seperti yang dicita-citakan.