Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Melalui Program Peduli Kesehatan Mental Mahasiswa (PEKA), Universitas Islam Indonesia (UII) fokus pada penanganan dan peningkatan wawasan pentingnya kesehatan mental pada mahasiswa.
Program ini diwujudkan melalui kerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Sabtu (8/7/2023).
Kepala Divisi Pembinaan Kepribadian dan Kesejahteraan, Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan UII, Nur Pratiwi Noviati mengatakan program ini diluncurkan mengingat tingkat kesehatan mental mahasiswa di Indonesia dinilai semakin serius.
"Survei Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada 2018, ditemukan sekitar 25 persen mahasiswa mengalami gangguan kesehatan mental," katanya.
Gangguan kesehatan mental yang paling umum di antaranya adalah stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, survei ini juga menunjukkan sekitar 20 persen mahasiswa mengalami gejala-gejala gangguan mental
Dari sinilah pihaknya menilai isu kesehatan mental penting diperhatikan bagi mahasiswa karena memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan dan prestasi akademik mereka.
Mahasiswa sering menghadapi tekanan yang tinggi, baik dari tuntutan akademik, pekerjaan paruh waktu, tuntutan sosial, hingga transisi kehidupan yang baru.
"Semua faktor ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Jika tidak ditangani dengan baik, masalah kesehatan mental dapat mengganggu fungsi kognitif, konsentrasi, dan motivasi, sehingga berdampak negatif pada kemampuan belajar dan pencapaian akademik," tuturnya.
Proaktif dan Holistik
Kesehatan mental yang buruk juga dapat mempengaruhi hubungan sosial, kualitas hidup, dan keseimbangan emosional. Oleh karenanya, memperhatikan kesehatan mental mahasiswa sangat penting agar mereka dapat menghadapi tantangan akademik dan menjalani kehidupan kampus dengan baik.
Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan UII sejauh ini telah melakukan beberapa upaya proaktif dan holistic, seperti menyediakan akses mudah dan gratis ke layanan kesehatan mental, yaitu konseling individu baik dengan konselor sebaya ataupun dengan konselor DPK UII.
"Hal ini penting untuk membantu mahasiswa mengatasi stres, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya," katanya.
Kerja sama dengan Dinkes Sleman dinilai akan mempermudah akses kepada ahli dan sumber daya yang diperlukan untuk memberikan layanan kesehatan mental yang lebih luas dan mendalam. Melalui kolaborasi ini, universitas dapat memperluas jangkauan dan aksesibilitas layanan kesehatan mental bagi mahasiswa.
Staf Ahli Bupati Sleman Bidang Kesejahteraan Rakyat, Mafilindati Nuraini, mengatakan kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa harus menjadi prioritas bersama. Ini akan memudahkan orang dengan gangguan kesehatan jiwa mendapatkan layanan dan perlakuan yang tepat.
"Pemkab Sleman berkomitmen dengan menghadirkan program 'Mata Hati atau Masyarakat Tangguh Sehat Jiwa'. Ini adalah pelayanan kesehatan jiwa menyeluruh yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan dasar," tutupnya.