Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Warga Desa Bendung, Semin, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak menanam sorgum. Namun potensi besar ini belum didukung dengan pengetahuan tentang cara memanfaatkan hasil panen sorgum menjadi pangan olahan yang bisa dijual luas dan dikonsumsi masyarakat.
Realita ini mendorong Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk mengolah hasil panen sorgum menjadi produk pangan yang menarik. Tim yang diketuai Luthfita Keysha dan beranggotakan Arlita Tanzila, Elysa Umiati, dan Zahra Raihananda ini juga menggandeng para ibu rumah tangga di Desa Bendung.
"Sorgum merupakan pangan fungsional yang memiliki manfaat kesehatan untuk mencegah penyakit yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh, endokrin, saraf, sistem pencernaan, dan sistem sirkulasi," kata Keysha, Senin (30/10/2023).
Menurut Keysha, bahan pangan ini memiliki peluang ekonomi sangat baik apabila dikembangkan secara massal. Namun sorgum ini belum dikenal luas dan jarang dikonsumsi jika dibandingkan dengan komoditas padi dan jagung yang sudah dibudidayakan.
“Kita mengajarkan ibu-ibu di Desa Bendung mengolah sorgum jadi produk olahan berupa brownies dan cookies karena tingginya peminat dari kalangan semua usia di masyarakat terhadap makanan cemilan ini,” kata Keysha.
Keysha menjelaskan produk olahan brownies dan cookies dapat menggunakan tepung sorgum sebagai bahan utama. Substitusi sebagian tepung terigu dengan tepung sorgum diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi camilan di kalangan usia.
“Kami melihat potensi dari tanaman sorgum yang mengandung protein sekitar 11-13 persen dan kandungan lemak sekitar 3,4 persen dan ketersediaan karbohidrat yang tidak kalah baik dari kandungan pada nasi,” ucapnya.
Nilai Ekonomis
Melalui kegiatan pelatihan pembuatan produk hingga pelatihan mengenai pemasaran produk menjadi solusi bagi Ibu-ibu 'Desa Prima' di Desa Bendung, agar bisa mandiri dan produktif mengembangkan potensi bahan lokal yang bernilai ekonomis dengan pembagian hasil dapat kembali kepada pihak masyarakat yang terlibat.
“Ibu-ibu sangat antusias dengan program yang berlangsung. Mereka memberikan tanggapan positif dan berpartisipasi secara aktif, yaitu ikut memberikan ide-ide tambahan selama program dilaksanakan,” paparnya.
Keysha berharap produksi sorgum dapat lebih berkembang di masyarakat sehingga menjadi produk identik dari Desa Bendung. Tim ini juga menyerahkan buku pedoman Mitra Siwi Sorgum atau Smart Integrated with Sorghum supaya program pemberdayaan ini bisa menjadi Produk Unggulan di Desa Bendung.
Sekretaris Desa Bendung, Eka Puji menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dedikasi yang dilakukan tim mahasiswa UGM dalam memberdayakan kelompok ibu rumah tangga sehingga bisa mengolah sorgum menjadi produk ekonomi yang bernilai jual tinggi.
“Pemerintah Desa Bendung berharap dengan dimulainya pembudidayaan kembali sorgum menjadi titik awal potensi sorgum dikembangkan,” ujarnya.