Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA -- Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengadakan ‘Zoom Talk: Indonesian English and Southeast Asian Englishes’ bersama dosen mata kuliah Introduction to Linguistic, Ignatius Tri Endarto, pada hari Sabtu (18/11/2023). Webinar ini merupakan kolaborasi dengan Departemen Bahasa Inggris dan Linguistik Terapan, Universitas De La Salle dari Filipina, yang diwakili oleh Shirley N Dita.
Dalam sesi Zoom tersebut, dibahas mengenai bagaimana variasi-variasi bahasa Inggris dilihat dari lingkup pengguna di Indonesia dan Asia Tenggara. Sejumlah 89 peserta yang berasal dari Indonesia, Filipina, Thailand, dan Pakistan turut menghadiri webinar tersebut.
Pembahasan pertama terkait topik bahasa Inggris secara keseluruhan di Asia Tenggara disampaikan oleh Shirley N Dita. Disampaikan bahwa bahasa Inggris sudah tidak hanya berpatok pada bahasa Inggris American dan British saja, tetapi bahasa Inggris saat ini sudah berkembang menjadi Bahasa Inggris identitas.
“Terutama di Asia Tenggara sudah banyak bahasa Inggris yang menjadi bahasa khas seperti Taglish (Tagalog English), Singlish (Singapore English), Brunei English, Malaysian English, dan lain-lain,” papar Shirley N Dita, dalam rilis Kamis (23/11/2023).
Bahasa Inggris di Asia Tenggara, menurut Shirley, memiliki ciri khas tersendiri dalam menggunakan bahasa Inggris seperti contoh dalam bahasa Inggris Singapura dan Brunei Darussalam yaitu menggunakan [f]/[t] dan [d] untuk inisial bunyi [th] dalam Bahasa Inggris,” tuturnya. Selain itu, ada reduplikasi fitur dalam bahasa Inggris di Malaysia dan Singapura seperti kata ‘can-can’ yang dalam bahasa Inggris dituliskan ‘It can be done’.
Shirley juga mengatakan bahwa orang yang belajar bahasa Inggris tidak perlu mengimitasi aksen American atupun British untuk menggunakan Bahasa Inggris, tetapi hendaknya tetap bisa menggunakan aksen wilayah sebagai wujud penerapan penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca.
“Selama variasi bahasa tidak menghalangi penyampaian makna, variasi bahasa harus dihargai terlebih dahulu, kemudian dipupuk sebagai pembentuk identitas, karena makna adalah urusan kepala sedangkan identitas adalah urusan hati,” terangnya.
Ignatius Tri Endarto, sebagai dosen linguistik di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di UKDW menjelaskan secara rinci mengenai bahasa Inggris Indonesia. Endarto menemukan fenomena di Indonesia yaitu tentang bahasa Inggris campuran di daerah Jakarta Selatan. Di sana, masyarakat menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa gaul yang dicampur dengan bahasa Indonesia.
“Walaupun tidak diakui secara terang-terangan bahwa Indonesian English dinyatakan sah, tetapi fenomena ini sudah membuktikan bahwa bahasa Inggris Indonesia juga bisa diterima. Sebagai bukti tentang adanya Indonesian English, terdapat bunyi-bunyi dalam bahasa Inggris yang diucapkan secara berbeda oleh orang Indonesia,” paparnya.
Di samping pengucapan, lanjut Ignatius, Indonesian English biasanya juga ditunjukkan dengan penggunaan kata serapan dari bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
Bahasa Inggris yang digunakan di Indonesia juga bisa memiliki sistem pragmatik dan kesantunan yang mencerminkan budaya Indonesia.
“Sehingga, Indonesian English dalam hal ini telah berubah menjadi varian bahasa Inggris yang menunjukkan identitas penuturnya, yaitu orang Indonesia,” terangnya.