logo

EduBocil

Gangguan Telinga Berpengaruh Terhadap Tumbuh Kembang Anak Down Syndrome

Gangguan Telinga Berpengaruh Terhadap Tumbuh Kembang Anak Down Syndrome
Salah seorang anak down syndrome sedang diperiksa kebersihan telinga oleh dokter THT RSUD dr Moewardi Solo dalam Penyuluhan, Pemeriksaan Kebersihan Telinga dan Timpanometri, Sabtu (26/3/2022). (EDUWARA/K. Setia Widodo)
Redaksi, EduBocil27 Maret, 2022 00:15 WIB

Eduwara.com, SOLO – Gangguan telinga pada anak down syndrome berpengaruh terhadap tumbuh kembang mereka, terlebih dalam perkembangan belajar berbicara. Hal tersebut perlu menjadi perhatian orang tua. Salah satu solusi yaitu habilitasi pendengaran atau menggunakan alat bantu dengar.

Demikianlah catatan penting dari paparan Dokter Spesialis THT RSUD dr Moewardi Solo, Dewi Pratiwi dalam Penyuluhan, Pemeriksaan Kebersihan Telinga dan Timpanometri, Sabtu (26/3/2022) di Ruang Sekar Jagad Lantai 3 RSUD dr Moewardi. Acara itu diselenggarakan Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Dan Tenggorok Bedah Kepala Leher (PERHATI-KL) Cabang Solo dengan menggandeng Pusat Informasi dan Kegiatan Persatuan Orang Tua dengan Anak Down syndrome (PIK POTADS) Jawa Tengah.

“Sebagian kecil, masalah penyakit telinga tengah akan berakhir ke tindakan operasi. Hal ini karena terlambat diketahui. Begitu diketahui gendang telinga sudah berwarna kuning, cairannya sudah seperti lem dan tidak bisa dikeluarkan. Sehingga harus dipasang pipa di gendang telinganya supaya cairannya bisa keluar,” lanjut Dewi.

Penyakit telinga tengah, sambung dia, bisa menyebakan komplikasi. Agar tidak menimbulkan komplikasi yang harus dilakukan adalah menjaga telinga tetap kering. Maksudnya ketika atau selepas mandi jangan sampai kemasukan air. Selain itu menggunakan pelindung telinga dan hindari kontak dengan air ketika batuk pilek atau ada keluhan dengan telinga.

Lebih lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala satu bulan sekali atau tiga bulan sekali. Kemudian harus melihat adakah cairan di gendang telinga melalui pemeriksaan otoskopi dan melakukan observasi selama satu hingga enam bulan. Observasi dilakukan karena tidak semua gangguan telinga tengah harus diatasi dengan operasi, namun biasanya mengalami resolusi atau perbaikan.

“Upaya pencegahan agar tidak mengalami penyakit telinga tengah yaitu rutin memantau jadwal vaksinasi, memberi ASI eksklusif di enam bulan pertama. Yang paling penting adalah anak jangan sampai terkena asap rokok karena menyebabkan masalah di pembersihan lendir pada hidung dan telinga,” pesan dia.

Tahap Awal Pemeriksaan

Sekretaris PIK POTADS Jawa Tengah, Dewi Astuti mengatakan pemeriksaan telinga atau pendengaran merupakan tahapan awal dari pemeriksaan anak down syndrome.

“Pada saat anak down syndrome lahir yang harus dilakukan adalah pemeriksaan kromosom. Kemudian pemeriksaan jantung, telinga, dan mata. Empat pemeriksaan ini wajib dilakukan, namun pemeriksaan kromosom boleh dilakukan boleh tidak. Rata-rata anak down syndrome memiliki penyakit bawaan di jantung, telinga, dan mata,” kata dia ketika diwawancarai Eduwara.com, Sabtu (26/3/2022) di sela-sela acara.

Pemeriksaan telinga rata-rata dilakukan di atas usia empat bulan melalui Oto Accoustic Emission (OAE). Jika hasil pemeriksaan bagus maka tidak perlu pemeriksaan lanjutan. Namun jika tidak bagus perlu melakukan pemeriksaan Brainsistem Evoked Response Audiometry (BERA) untuk mengetahui kelainan atau permasalahan pendengaran.

Dewi menambahkan, acara itu bertujuan mengetahui kondisi telinga anak down syndrome. Meskipun sudah diperiksa dan hasilnya bagus, tetap harus ada pemeriksaan lanjutan. Kegiatan itu diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Pendengaran Dunia serta Hari Down Syndrome Dunia dan diikuti oleh 50 anggota PIK POTADS Jawa Tengah.

Kegiatan tersebut sebenarnya diadakan di 10 cabang PIK POTADS. Pada awalnya kegiatan itu akan diselenggarakan pada awal Februari atau Maret. Mengingat kasus Covid-19 tinggi maka kegiatan itu diundur.

Menurut dia, acara seperti itu bisa ditindaklanjuti karena tidak semua anggota PIK POTADS Jateng berasal dari golongan mampu. Sehingga bisa meringankan biaya bagi keluarga yang ingin memeriksakan anak mereka namun terkendala finansial.

Salah seorang peserta, Lestari Nurcahyani menuturkan acara itu membantu orang tua anak penyandang down syndrome

“Dengan adanya acara ini kami orang tua anak penyandang down syndrome sangat berterima kasih dan menjadi kesempatan yang bagus untuk kami. Secara tidak langsung anak bisa diperiksakan keadaannya, kalau memang ada yang perlu ditangani kami bisa  lebih tahu secara dini,” ujar dia.

Dia berharap acara seperti itu bisa berkelanjutan dan diagendakan secara rutin. Sehingga orang tua bisa merasakan manfaatnya dan kesehatan anak terbantu. (K. Setia Widodo)

Read Next