Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA -- Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII), Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM), serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan 3rd International Seminar on Fish and Fisheries Sciences.
Seminar Internasional bertema “Management of Aquatic Ecosystem for Sustainability of Fish Resources and Fisheries” berlangsung pada Selasa-Kamis (10-12/6/2025) di Auditorium Koinonia UKDW, Yogyakarta.
Djoko Rahardjo, selaku ketua panitia menyebutkan jika acara tersebut berlangsung secara hybrid dan dihadiri oleh 160 peserta (106 daring and 54 luring) dari 74 instansi pemerintah, industri, NGO maupun institusi pendidikan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Konferensi ini diselenggarakan untuk mendorong sinergi ilmiah antara akademisi, peneliti, pembuat kebijakan dan pelaku industri perikanan. Sehingga dapat saling bertukar ide dan berkolaborasi dalam riset dan penulisan ilmiah, atau usulan implementasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan.
Konferensi internasional dibuka pada Selasa (10 /6/2025) oleh Rektor UKDW, Wiyatiningsih, dilanjutkan dengan penyampaian materi dari 2 keynote speakers, yaitu I Nyoman Radiarta selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan RI) serta Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wiyatiningsih menyampaikan seminar ini akan membahas berbagai hal, mulai dari sustainable aquatic management, hingga teknologi aquaculture. Di mana UKDW berusaha meningkatkan sektor fisheryand environmental sustainability.
Sedangkan I Nyoman Radiarta, menyampaikan sektor kelautan harus menjadi fokus dalam pembangunan di Indonesia. Ia bangga, karena dalam lima tahun belakangan, produksi makanan dari sektor kelautan relatif stabil, mencapai 20-25 juta ton per tahun.
Keseimbangan Ekologi
Sementara itu, Sri Sultan Hamengkubuwono X mengingatkan, kita boleh mengikuti arus permintaan pasar, peningkatan produksi, bahkan kemajuan teknologi akuakultur. Namun, jangan pula kita sampai terhanyut dalam pendekatan eksploitatif, yang melupakan keseimbangan ekologi.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, konferensi ini juga menghadirkan EXPO UMKM yang menampilkan hasil olahan perikanan dari 16 pelaku UMKM lokal Yogyakarta. Selanjutnya, juga diadakan launching Indonesian Crustacea Society (ICS) dalam rangkaian acara tersebut.
ICS atau Masyarakat Krustase Indonesia (MKI) dideklarasikan langsung oleh Sulistiono selaku Ketua Umum MKI. Ia didampingi oleh Sekretaris Jenderal MKI Ahmad Maringi dan Bendahara Umum MKI Lenny Syafei, serta beberapa pengurus lainnya yang hadir dari berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Sulistiono, landasan pemikiran sebagai latar belakang pembentukan MKI adalah potensi kelautan dan perikanan Indonesia yang harus dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Masyarakat perlu berperan aktif dalam pembangunan nasional melalui peningkatan usaha dan inovasi. Berdasar hal tersebut, diperlukan wadah organisasi sebagai sarana silaturahmi, inovasi, dan pengembangan usaha krustase.
Selanjutnya dipaparkan secara jelas dan terperinci oleh Ahmad Maringi, agenda program tahunan MKI meliputi digitalisasi keanggotaan dan organisasi MKI, advokasi dan bantuan hukum MKI, pengembangan kompetensi dan kapasitas MKI, konsultasi bisnis dan kerjasama MKI, digitalisasi pemasaran hasil produk MKI, serta seminar, diseminasi, informasi dan publikasi MKI.
Harapannya, MKI semakin solid dan berhasil menata organisasi secara profesional, dengan komitmen ikut mendorong dan menggerakkan peningkatan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya serta pengusaha dan eksportir lobster, kepiting, rajungan, udang dan sejenisnya.
Dengan semangat kolaboratif dan strategi jangka panjang, MKI optimis dapat mengangkat nama Indonesia sebagai pusat krustasea dunia yang berdaya saing global.