logo

Vokasi

Ini Dua Tantangan Besar Pendidikan Vokasi Indonesia

Ini Dua Tantangan Besar Pendidikan Vokasi Indonesia
Baik di UNY maupun UGM, Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Kiki Yuliati mengatakan ada dua tantangan besar yang dihadapi pendidikan vokasi yaitu beban pembiayaan layanan publik ditanggung sedikit pekerja usia produktif dan kualitas angkatan kerja Indonesia masih sangat lemah. (Istimewa)
Setyono, Vokasi25 Juli, 2023 16:50 WIB

Eduwara.com, JOGJA— Pengembangan pendidikan vokasi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dihadapkan pada dua tantangan besar di masa depan. 

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati mengatakan ada dua tantangan besar yang dihadapi pendidikan vokasi yang dikembangkan berbagai perguruan tinggi Indonesia.

"Tantangan pendidikan vokasi diantaranya beban pembiayaan layanan publik ditanggung oleh semakin sedikit pekerja usia produktif dan kualitas angkatan kerja masih lemah," kata Kiki, Selasa (25/7/2023).

Hal ini diungkapkan Kiki saat melakukan kunjungan kerja di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada.

Di paparannya berjudul 'Peluang dan Tantangan Pendidikan Vokasi di Era Revolusi Industri 4.0', Kiki menyatakan saat ini dan pada masa depan, beban pembiayaan layanan publik ditanggung oleh sedikit pekerja usia produktif. 

Dengan demikian, semakin tinggi persentase rasio ketergantungan mengindikasikan beban yang ditanggung penduduk usia produktif semakin tinggi untuk membiayai hidup peduduk dengan usia belum produktif dan tidak produktif lagi. 

"Hal ini juga semakin diperberat dengan kualitas angkatan kerja Indonesia masih sangat lemah dibandingkan tantangan kompleksitas pekerjaan masa kini dan masa depan," jelasnya.

Kiki menegaskan,pendidikan vokasi masa depan haruslah memiliki karakteristik kurikulum dengan capaian pembelajaran yang relevan dan jelas, memungkinkan untuk kredensial mikro (micro credentials) dan sertifikat pendidikan berkelanjutan (stackable certificates).

Dengan memiliki karakteristik ini, maka capaian pembelajaran vokasi yang berorientasi masa depan mampu menghadirkan proses belajar memberi pengalaman belajar mutakhir, memanfaatkan teknologi, biaya pendidikan layak dan terjangkau.

"Stackable certificates dan micro credentials dapat memecah pembiayaan pendidikan dan memanfaatkan semaksimal mungkin teknologi sehingga dapat diakses oleh siswa dimana pun berada termasuk waktu belajar yang fleksibel," ujarnya.

Tren Masa Depan

Di masa depan, Kiki menyatakan tren pendidikan tinggi masa depan, termasuk vokasi, bakal meliputi pendidikan yang fokus pada keterampilan anak didik, strategi pendaftaran yang dilaksanakan selektif, dan fokus pada nilai dan manfaat produk daripada prestise.

"Kemudian ada keberlangsungan dana hibah untuk mendukung program pendidikan serta menstabilkan anggaran. Terakhir yaitu lembaga pendidikan vokasi harus memilik pandangan keragaman kemampuan yang terukur, kesetaraan dan hasil inklusi," katanya.

Jika semua karakteristik dan tren pendidikan bisa terpenuhi, Kiki menyakini pendidikan vokasi akan berubah fokus dan orientasi menghadirkan pembelajaran bagi mahasiswa menuju transformasi sistemik.

Tranformasi pada cara paikir dan cara kerja, dan membangun ekosistem pendidikan berbasis nilai akademik, budaya dan kemanusiaan dapat tercapai.

 

"Sehingga target transformasi pendidikan tinggi yang unggul diakui global. Pendidikan Tinggi Vokasi (PTV) yang kuat, dan otonom akan terwujud dengan maksimal," tutupnya.

Dekan Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono menegaskan komitmen Sekolah Vokasi UGM mendukung Program Direktorat Jenderal Vokasi dalam memeratakan kualitas pendidikan vokasi di seluruh negeri.

"Saya mempunyai tujuan dan harapan yaitu bisa mempercepat pengajaran vokasi di seluruh negeri", ucapnya.

Read Next