logo

Kampus

Jaga Perdamaian Kawasan, Presiden Ramos Horta Minta ASEAN Gandeng Pemuda

Jaga Perdamaian Kawasan, Presiden Ramos Horta Minta ASEAN Gandeng Pemuda
Presiden Timor Leste Ramos Horta memberikan kuliah terbuka di Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Kamis (31/7/2025). Pada kunjungan yang kedua kali di UGM ini, Ramos Horta membawakan pidato berjudul ‘Pemberdayaan Masyarakat: Pendidikan, Kewirausahaan Sosial, dan Perdamaian’. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus01 Agustus, 2025 00:10 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sebagai calon anggota tetap ASEAN pada Oktober mendatang, Presiden Timor Leste Ramos Horta meminta organisasi penting di Asia Tenggara ini menggandeng pemuda untuk melakukan perubahan dan menjaga perdamaian kawasan. 

Terkait hal ini, Timor Leste menawarkan prespektif kepimpinan yang berakar pada tradisi lokal, sistem pengetahuan adat, dan praktik rekonsiliasi komunitas.

Presiden Timor Leste Ramos Horta menyampaikan hal tersebut saat memberikan kuliah terbuka di Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Kamis (31/7/2025). Pada kunjungan yang kedua kali di UGM ini, Ramos Horta membawakan pidato berjudul ‘Pemberdayaan Masyarakat: Pendidikan, Kewirausahaan Sosial, dan Perdamaian’.

“Ini adalah kunjungan saya yang keempat ke Yogyakarta; pertama pada tahun 2002, kedua pada 2012, ketiga pada 2017. Dan ini adalah kunjungan saya yang kedua ke UGM yang luar biasa ini, almamater bagi ribuan warga Timor-Leste. UGM, Kampus Kerakyatan,” paparnya

Menyambut keanggotaan tetap Timor Leste di ASEAN, Ramos dalam paparannya mencoba menawarkan model seperti kepemimpinan tradisional di Timor Leste, yaitu Tara Bandu. Ini merupakan salah satu bentuk dialog yang ideal antargenerasi tradisional dan diakui sebagai alat efektif untuk mediasi, transformasi, dan perdamaian sosial dalam konteks yang beragam.

“Menurut pengalaman saya, inisiatif perubahan sosial yang paling efektif bertumpu pada tiga pilar yang saling berkaitan, yaitu pendidikan, kewirausahaan sosial, dan perdamaian,” ucapnya.

Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, peraih Nobel Perdamaian pada 1996 ini mengatakan pendidikan bukan sekadar akumulasi pengetahuan, tapi tentang membebaskan pikiran dan kesadaran. Ia kemudian mencontohkan Timor-Leste, setelah bertahun-tahun konflik, sekolah hancur dan ribuan anak kehilangan hak atas pendidikan.

“Kami memulai dan memahami untuk membangun kembali negara. Kami harus membangun kembali pendidikan. Kami melaksanakan program makan di sekolah untuk mencegah kelaparan, malnutrisi, dan stunting, serta memastikan anak-anak bisa tetap berada di dalam kelas,” terangnya.

Timor Leste, menurut Ramos, memastikan pemuda harus menjadi pusat kebijakan publik dan integrasi kawasan, karena pemuda adalah sumber daya terbesar. Kepada ASEAN, ia kemudian mengusulkan pembentukan ‘Program Pemuda ASEAN untuk Kepemimpinan Transformasional’.

Program ini nantinya berbasis pada magang komunitas, pertukaran lintas budaya, dan laboratorium inovasi lokal. Program ini bertujuan mencetak pemimpin yang melayani dengan etika, visi, dan empati, serta yang paling mendasar, perdamaian. 

Tanpa perdamaian, menurut Ramos Horta, tidak ada pembangunan. Rekonsiliasi berasal dari hati dan pikiran, dan membutuhkan keberanian politik. Kami membentuk proses kebenaran dan rekonsiliasi, mempromosikan dialog, dan berinvestasi dalam membangun kembali jaringan sosial masyarakat.

“ASEAN memiliki memiliki hampir 700 juta orang yang tersebar di kawasan yang sangat strategis ini, baik maritim maupun udara, dan dengan sumber daya yang memadai. ASEAN adalah mitra internasional yang sangat penting dan  kita semua wajib untuk mempertahankan kedamaian,” paparnya.

Read Next