logo

Kampus

JOGJAKARFEST 202, Peneguhan Komitmen ISI Yogyakarta dalam Mengenalkan Gamelan ke Kancah Global

JOGJAKARFEST 202, Peneguhan Komitmen ISI Yogyakarta dalam Mengenalkan Gamelan ke Kancah Global
ISI Yogyakarta kembali menggelar JOGJAKARFEST 2025 untuk meneguhkan komitmen institusi dalam mengenalkan gamelan dan seni karawitan ke kancah global. Pada gelaran kedelapan, di Concert Hall ISI Yogyakarta, Jumat (5/12/2025), JOGJAKARFEST 2025 mengusung tema ‘Karawitan Resonance in the Arena of Connectivity and Global Dynamics’. (EDUWARA/Dok. ISI Yogyakarta)
Setyono, Kampus06 Desember, 2025 23:07 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Jogjakarta Karawitan Festival (JOGJAKARFEST) 2025 kembali digelar sebagai ajang internasional yang mempertemukan pelajar, mahasiswa, dan seniman dari berbagai negara. Festival yang diinisiasi oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini menjadi peneguhan komitmen institusi untuk mengenalkan gamelan dan seni karawitan ke kancah global.

Bagi kalangan akademisi ISI Yogyakarta, seni karawitan dipandang sebagai instrumen diplomasi lunak yang efektif, mampu menjembatani pertukaran budaya dan pembelajaran antar bangsa. Berlangsung meriah pada Jumat (5/12/2025) malam di Concert Hall ISI Yogyakarta, JOGJAKARFEST 2025 menghadirkan enam kelompok seniman karawitan lintas generasi dalam pementasan yang berlangsung lebih dari dua jam.

“Malam ini, merupakan gelaran JOGJAKARFEST yang kedelapan. Tahun ini, kami mengambil tema ‘Karawitan Resonance in the Arena of Connectivity and Global Dynamics’,” jelas Ketua Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, Asep Saepudin, dikutip pada Sabtu (6/12/2025).

Asep berharap JOGJAKARFEST dapat menjadi wadah perjumpaan yang menginspirasi kontribusi pemikiran, kreativitas, serta inovasi berkelanjutan untuk pelestarian dan pengembangan seni karawitan, baik dalam konteks lokal maupun global.

JODJAKARFEST 2025 menghadirkan penampilan langsung dari enam kelompok, yaitu UCD Gamelan Orchestra (Irlandia), Nadasukma (Malaysia), Jurusan Karawitan ISI Surakarta, Jurusan Karawitan AKNSB Yogyakarta, SMKN 1 Kasihan, dan Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta. Acara ini juga menayangkan penampilan grup karawitan secara langsung dari delapan negara berbeda, yaitu Indonesia, Portugal, Jerman, Jepang, Australia, Denmark, Irlandia, dan Malaysia.

“Khusus penampilan malam ini, ada sajian khusus kolaborasi dari ISI Yogyakarta dan University College Dublin (Irlandia). Kolaborasi ini diwujudkan dalam bentuk penciptaan karya bersama yang dikembangkan melalui proses latihan intensif selama dua minggu,” tambahnya.

Citra Positif

Kehadiran peserta dari dalam dan luar negeri ini, menurut Asep, menegaskan kedudukan JOGJAKARFEST 2025 sebagai ruang temu penting bagi akademisi, praktisi, dan pemerhati seni karawitan. Interaksi budaya dan dialog musikal yang terjalin memperkuat posisi karawitan sebagai seni yang adaptif, relevan, dan berdaya saing di era globalisasi.

Dosen Prodi Karawitan ISI Yogyakarta, Ketut Ardana, menyoroti peran komposer luar negeri yang membawa pembaharuan dalam komposisi musik gamelan. Dengan tetap menggunakan gamelan khas Jawa, Sunda, maupun Bali, para komposer ini memadukan instrumen dan nada dari negara asal mereka.

“Ini yang kami sebut negosiasi. Ada gamelan rasa Amerika, Eropa, Asia Timur, dan dunia belahan barat. Kondisi ini semakin memperkuat posisi gamelan di kancah internasional,” tuturnya.

Kehadiran gamelan di berbagai negara menjadi bukti nyata bahwa instrumen tradisional Indonesia ini telah diakui dunia. Pengakuan tersebut semakin kuat setelah UNESCO menetapkan Gamelan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBT) yang puncaknya diperingati setiap tanggal 15 Desember.

“Konektivitas inilah yang kita bangun dengan luar negeri, sehingga mudah-mudahan ke depan ini memberikan citra positif untuk sejarah Indonesia,” pungkas Ketut.

Read Next