logo

EduBocil

Karakter Anak Dibentuk dan Dipengaruhi Orang Tua

Karakter Anak Dibentuk dan Dipengaruhi Orang Tua
Dosen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) STIT Insida Jakara Meity H Idris bersama Yana Benyamin dan Pramudya Prakarsa Simatupang, seusai berbincang di podcast bertema Anak Zaman Sekarang Terlalu Manja, Salah Orang Tua atau Guru? di Studio Pramudya, Sabtu (29/1/2022). (Dok. Yana Benyamin)
Ida Gautama, EduBocil08 Februari, 2022 00:13 WIB

Eduwara.com, JAKARTA -- Masih banyak orang tua yang belum memahami dengan baik pengetahuan tentang pendidikan anak usia dini (PAUD). Bahwa orang tua sebenarnya memegang peranan penting dalam pendidikan anak, bahkan menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak. Pun keluarga atau rumah adalah ‘sekolah’ bagi anak. Orang tua dan keluarga memberikan pengaruh paling dominan dalam pembentukan karakter anak usia dini.

Dosen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) STIT Insida Jakara Meity H Idris menyampaikan hal tersebut dalam perbincangan di podcast bertema Anak Zaman Sekarang Terlalu Manja, Salah Orang Tua atau Guru? di Studio Pramudya, Sabtu (29/1/2022). Selain Meity, podcast yang dikelola Pramudya Prakarsa Art (PP Art), juga menghadirkan Yana Benyamin mewakili orang tua dan Pramudya Prakarsa Simatupang selaku owner PP Art.

“Selalu saya sampaikan kepada orang tua bahwa pendidikan anak bukan dimulai di sekolah tetapi sebelum anak sekolah, dimulai dari rumah. Dalam hal ini, fungsi orang tua dan keluarga di rumah sangat berperan. Maka, ketika anak sudah mulai sekolah, rapor pertama yang diterima oleh orang tua sebenarnya bukan nilai untuk anak, melainkan nilai untuk orang tua,” papar Meity dalam rilis yang dikirimkan ke Eduwara.com, Senin (7/2/2022).

Hal-hal seperti ini, menurut Meity, masih belum dipahami oleh orang tua saat ini. Oleh karena itu, saat ini ada program PAUD Holistik Integratif. Guru PAUD tidak hanya berperan dalam mendidik anak, tetapi juga mengajar serta mengasuh anak, dan memberikan pendidikan kepada orang tua.

“Orang tua harus tahu, anak-anak zaman sekarang itu perlu didengar suaranya. Orang tua juga harus terbuka kepada anak, terutama dalam memberikan penjelasan tentang berbagai hal yang dilihat, didengar dan dirasakan anak, termasuk penjelasan atas semua pertanyaan-pertanyaan yang diberikan anak kepada orang tua,” paparnya.

Dari sudut pandang orang tua, Yana Benyamin sepakat dengan paparan yang disampaikan Meity. “Saya tidak ingin mem-block anak. Saya ingin mereka tahu tentang semua hal yang ingin mereka ketahui. Dan, saya berusaha menjelaskannya. Sejauh ini, hal tersebut cukup efektif. Terbukti, sayalah orang pertama yang mereka cari untuk mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan mereka,” katanya.

Kemandirian pada Anak

Meity juga mengulas kemandirian dan kedisiplinan pada anak. Berkaca pada pengalaman semasa kecil, Meity dididik oleh orang tuanya untuk disiplin dalam waktu. Ia juga mendapat tanggung jawab untuk membantu orang tua menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah. Pembiasaan-pembiasaan yang membuat dirinya mandiri.

“Tapi, ketika jadi orang tua, saya tidak mau seperti orang tua saya. Ada Asisten Rumah Tangga (ART), anak-anak tidak saya bebani untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Saya ingin anak-anak saya punya ruang belajar yang lebih banyak. Tapi ternyata, anak-anak jadi kurang mandiri. Tidak semua pekerjaan rumah bisa mereka kerjakan. Mereka banyak bergantung pada ART,” katanya.

Setelah mendalami pendidikan anak usia dini, Meity baru memahami bahwa cara mendidik anak yang dia terapkan ternyata kurang tepat. Seharusnya anak-anak dibiasakan mandiri. Dilibatkan dalam mengerjakan pekerjaan rumah, adalah salah satu cara mendidik anak mandiri.

“Tidak membebani anak untuk melakukan pekerjaan rumah dengan tujuan agar mereka memiliki banyak waktu belajar, adalah kurang tepat. Itu hanya akan membuat anak-anak jadi manja. Saya mengalaminya. Akhirnya, saya butuh effort yang lebih besar untuk menerapkan disiplin dan kemandirian pada anak-anak saya,” kata Yana mengisahkan pengalamannya.

Sedangkan tentang pengaruh gadget pada masa perkembangan anak usia dini, Meity menyarankan orang tua maupun guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi digital. 

“Tetap harus ada pembatasan dan bimbingan tentang penggunaan gadget dari orang tua ke anak. Ini demi kesehatan fisik serta mental anak,” katanya.

Read Next