Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA -- Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bersama Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menjadi host Konvensi Program Studi Desain di Indonesia yang berlangsung di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN), Yogyakarta, Sabtu (16/8/2025).
Acara ini diinisiasi oleh Forum Program Studi Desain Produk Industri Indonesia (FPSDPII) dan melibatkan dua asosiasi besar di bidang pendidikan desain, yaitu Asosiasi Program Studi Desain Interior Indonesia (APSDII) dan Asosiasi Program Studi Desain Komunikasi Visual Indonesia (APSDKVI). Kegiatan ini juga didukung oleh Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII) Chapter Jogja-Jateng.
Konvensi ini mempertemukan para pimpinan dan dewan pakar dari forum serta asosiasi desain untuk merumuskan kesepakatan strategis yang menjadi pijakan penting bagi pengembangan pendidikan desain di Indonesia.
Salah satu hasil utama adalah penandatanganan nota kesepakatan mengenai rumusan kompetensi inti lulusan pendidikan desain di Indonesia, yang menjadi komponen krusial dalam persiapan pembentukan Lembaga Akreditasi Mandiri Desain, Perencanaan, Lingkungan, dan Arsitektur (LAM DEPILAR).
Ketua FPSDPII, Guguh Sujatmiko, menegaskan bahwa pendidikan desain harus berlandaskan pada pembelajaran berbasis studio, sejarah, teori, kritik, sosial-budaya, dan teknologi, dengan fokus utama pada pemecahan masalah manusia.
“Teknologi diposisikan sebagai sarana, bukan tujuan,” tambahnya.
Kompetensi
Rumusan kompetensi inti lulusan desain yang disepakati meliputi kemampuan merancang, melakukan penelitian, memahami teori desain, menguasai produksi, menjalani praktik profesi, bekerja secara kolaboratif, berkomunikasi efektif, serta mengembangkan pengetahuan dari pengalaman di luar kelas.
Selain itu, forum meneguhkan nilai-nilai pendidikan desain yang harus berlandaskan kesadaran lingkungan berkelanjutan dan penghargaan terhadap keragaman budaya Indonesia. Sementara isu perkembangan teknologi belum dijadikan norma bersama karena sifatnya yang dinamis, luas, dan cepat berubah seiring perkembangan zaman.
Kepala Program Studi Desain Produk UKDW, Winta T Satwikasanti, menyampaikan bahwa kesepakatan bersama tersebut menjadi tonggak penting untuk kolaborasi perguruan tinggi desain di Indonesia. Lulusan kini tidak hanya dituntut menguasai keterampilan teknis, tapi juga harus memiliki sensitivitas sosial dan kesadaran budaya.
‘’Ini menjadi peluang bagi kami untuk mendorong kurikulum yang lebih kontekstual, adaptif, dan humanis,” katanya.
Konvensi yang dihadiri oleh 17 perwakilan dari forum dan asosiasi program studi desain ini menegaskan bahwa orientasi pendidikan desain nasional akan semakin mengarah pada prinsip user-centered design, yakni desain yang berpusat pada manusia tanpa mengabaikan keberlanjutan lingkungan.
Melalui kegiatan ini, UKDW dan ISI turut meneguhkan posisi Yogyakarta sebagai pusat gagasan pendidikan desain nasional yang mampu menjembatani kepentingan akademisi, praktisi, dan masyarakat luas. (*)