logo

Bisnis

Lebih Hemat Tempat, Slim Tower Jadi Kunci Sarana Menara Nusantara (TOWR) Terapkan ESG

Lebih Hemat Tempat,  Slim Tower Jadi Kunci Sarana Menara Nusantara (TOWR) Terapkan ESG
Salah satu tower telekomunikasi milik Telkom.
Redaksi, Bisnis01 Desember, 2022 13:06 WIB

JAKARTA - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) tengah mengembangkan slim tower untuk meminimalkan kebutuhan lahan demi mendukung penerapan environment, social, and governance (ESG) perusahaan.

Direktur Utama TOWR Ferdinandus Aming Santoso menyampaikan, saat ini perusahaan terus mengembangkan dan memperluas jaringan usaha melalui proses akuisisi.

"Kami mengembangkan slim tower yang dapat meminimalkan kebutuhan lahan yang diperlukan karena desain yang jauh lebih efisien dan ramah lingkungan," ungkap Ferdinandus dalam laporan berkelanjutan, Rabu, 5 Oktober 2022.

Ia menambahkan pengembangan slim tower dilakukan karena perusahaan melihat banyaknya provider yang mulai masuk ke daerah perkotaan yang padat, namun terkendala oleh lahan yang sangat terbatas. Inovasi tersebut merupakan pengembangan dari jenis tower sebelumnya yaitu Improve Flexible Design (IFD)

Kapasitas dari slim tower ini kurang lebih sama dengan kapasitas yang dimiliki IFD, dengan perbedaan pada bentuk yang lebih slim dan luas lahan yang dibutuhkan.

Sebagai perbandingan dapat dilihat dari sisi lahan menara untuk menara yang berukuran 40m. Pada desain menara IFD, jarak antar kaki menara adalah sekitar 3,5 x 3,5 m; sedangkan pada slim tower jarak antara kaki menara hanya 1,2 x 1,2 m.

Selain dalam hal pengembangan bisnis lewat slim tower, perusahaan juga berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat melalui pembiayaan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) sebesar Rp20,7 miliar, meningkat 50% dari tahun sebelumnya.

Kemudian, dalam hal sosial, perusahaan terus berupaya meningkatkan kompetensi karyawan dengan memberikan pelatihan. Adapun realisasi total jam pelatihan pekerja mencapai 67.219 jam.

"Komitmen kami pada pengelolaan lingkugnan dilakukan melalui penguatan efisiensi internal, yaitu pengelolaan energi dan penghitungan emisi," ungkap Ferdinandus.

Lebih lanjut, perusahaan mencatatkan penggunaan energi mengalami penurunan 24% dari tahun lalu. Pencapaian tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya reduksi konsumsi energi, baik listrik maupun BBM.

Sementara itu, dalam hal kesetaraan gender dan kesempatan kerja, TOWR memiliki karyawan dari berbagai latar belakang dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua karyawan, baik pria dan wanita tanpa memandang perbedaan etnik, agama, ras, kelas, gender, ataupun kondisi fisik untuk mengikuti program rekrutmen karyawan.

Hingga akhir tahun 2021, perusahaan memiliki karyawan sebanyak 1.844 orang dengan total 67% karyawan adalah pria.

"Dalam hal penggunaan material, menara kami terbagi menjadi beberapa bagian dengan komponen material yang berbeda-beda. Konstruksi pada bagian utama menara berasal dari logam baja tersertifikasi," ungkap Ferdinandus.

Ia menambahkan setelah masa sewa menara dan/atau lahan berakhir, material logam baja dari pembongkaran menara ini dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali oleh pihak ketiga.

Hingga akhir tahun 2021, TOWR telah membangun lebih dari 500 menara. Berat total material yang digunakan diperkirakan mencapai 5.500 ton.

Perusahaan juga menghitung perkiraan berat total berdasarkan asumsi rata-rata satu unit menara memakai material logam baja seberat 11 ton.

Dalam rangka beradaptasi terhadap perkembangan teknologi, pembangunan menara TOWR mulai menggunakan desain dan teknologi terbaru yang lebih ramah lingkungan.

Saat ini, perusahaan mendesain menara dengan lebih ringkas sehingga meminimalkan penggunaan lahan. Menara juga dilengkapi oleh hamparan gravel yang bertujuan untuk mendukung penyerapan air.

"Material lainnya yang digunakan dalam kegiatan operasional di kantor pusat dan kantor cabang adalah kertas. Kertas yang digunakan selama tahun 2021 adalah sebanyak 99.906 lembar, menurun 88,06% dari tahun 2020," tambah Ferdinandus.  

Selain kertas, perusahaan juga menggunakan energi sebagai pendukung kegiatan operasional, baik itu kantor maupun di menara. Terutama energi listrik dan bahan bakar.

Secara tidak langsung, TOWR menggunakan energi yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).

"Selama tahun 2021, energi yang digunakan adalah sebesar 1.154,5 GigaJoules (GJ), mengalami penurunan 24% dibandingkan 2020," ungkap Ferdinandus.

Untuk itu lanjut Ferdinandus, guna meminimalkan dampak negatif atas penggunaan energi dan emisi yang dihasilkan, TOWR berinisiatif untuk mendorong klien menggunakan energi dengan teknologi yang lebih efisien.

Ferdinandus juga menambahkan dibandingkan tahun 2020, penggunaan energi selama tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan sebanyak 24%, yaitu menjadi sebesar 972,53 GJ dari tahun sebelumnya 1.171,24 GJ hanya untuk penghitungan energi dari konsumsi listrik.

Sementara itu, tahun ini TOWR juga melakukan penghitungan konsumsi energi bahan bakar minyak (BBM) solar sehingga total energi digunakan tahun ini sebesar 1.154,5 GJ.

Penurunan volume penggunaan energi disebabkan oleh penerapan kebijakan work from home (WFH) dinilai efisien selain dalam upaya pencegahan COVID-19, namun dalam segi operasional juga tetap berjalan dengan baik.

Adapun berbagai upaya yang perusahaan lakukan guna mengurangi konsumsi energi, baik listrik maupun BBM, di kantor pusat dan kantor cabang. Upaya yang dilakukan antara lain mengganti lampu biasa menjadi lampu LED, menerapkan kebijakan lampu saat tidak digunakan, dan menggunakan pendingin udara berbasis teknologi inverter pump.

"Pada tahun 2021, perhitungan emisi karbon berasal dari kegiatan operasional kantor yang berada di Jakarta. Besaran emisi yang bersumber dari listrik adalah 235 ton CO2eq," tambah Ferdinandus.

Ferdinandus menambahkan, di samping itu jumlah emisi yang berasal dari BBM sebesar 13,6 ton CO2eq di tahun 2021. Emisi yang bersumber dari perjalanan bisnis adalah 122,3 ton CO2eq. Total emisi yang dihasilkan adalah 370,9 ton CO2eq.

Selain itu, perusahaan juga berupaya menerapkan pengembangan energi terbarukan dengan memaksimalkan penggunaan satu jenis biofuel, yakni biodiesel B20, untuk kendaraan operasional, maupun vendor.

Penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan ini diharapkan dapat meminimalisasi dampak negatif akibat emisi yang dikeluarkan. 

Read Next