logo

Kampus

Masa Pandemi, Biaya Pendidikan di Universitas Brawijaya Tidak Naik

Masa Pandemi, Biaya Pendidikan di Universitas Brawijaya Tidak Naik
Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB, Heri Prawoto, di Malang, Kamis (7/4/2022). (EDUWARA/Fathul Muin)
Fathul Muin, Kampus08 April, 2022 18:13 WIB

Eduwara.com, MALANG — Biaya pendidikan di Universitas Brawijaya (UB) pada 2022 tidak naik karena masih dalam masa pandemi.

Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik Universitas Brawijaya, Heri Prawoto, mengatakan tidak ada perubahan biaya pendidikan di UB pada 2022 bila dibandingkan 2021.

"Yang berbeda, hanya kuota penerima jalur," kata Heri Prawoto, Jumat (8/4/2022).

Sejak berstatus PTNBH, kata Heri, Universitas Brawijaya berhak mematok kuota 20 persen untuk jalur SNMPTN, 30 persen untuk UTBK-SBMPTN, dan jalur Mandiri 50 persen. Kuota sebesar itu, berbeda dengan tahun sebelumnya saat status Universitas Brawijaya masih menjadi BLU. Tahun lalu, kuota SNMPTN 30 persen, UTBK-SBMPTN 40 persen, dan jalur Mandiri 30 persen.

"Tahun ini, kuota penerimaan mahasiswa baru dari jalur Mandiri Universitas Brawijaya atau UB dinaikkan dari 30 persen pada 2021 menjadi 50 persen pada 2022 setelah berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH)," katanya.

Dengan berubahnya status dari BLU menjadi PTNBH, maka Universitas Brawijaya mandiri dalam pencairan dana. Salah satu mekanismenya, lewat jalur Mandiri.

Proporsi jalur Mandiri sebesar 50 persen, Heri menegaskan, sudah lazim diterapkan PTNBH. Pemberlakuan kuota 50 persen untuk jalur Mandiri, juga mencegah banyaknya angka ketidakterisian seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Pengalaman tahun lalu, kata Heri, angka ketidakterisian kuota sangat tinggi. Dari kuota penerimaan mahasiswa baru sebanyak 19.000 mahasiswa, ternyata yang daftar ulang hanya 15.400. Sisanya, mengundurkan diri.

"Kuota itu sebenarnya bisa dimanfaatkan calon mahasiswa lain. Banyak pendaftar yang berminat," ujarnya.

Penyebab calon mahasiswa tidak melakukan daftar ulang, cukup beragam. Ada yang sekolah di perguruan tinggi lain, sekolah kedinasan, maupun dilarang orang tuanya karena masalah biaya.

Heri meyakinkan, Universitas Brawijaya sebenarnya telah berupaya mendorong agar pendaftar yang telah dinyatakan diterima di Universitas Brawijaya untuk segera melakukan daftar ulang dengan cara, mengingatkan yang bersangkutan lewat aplikasi. Bahkan pada dua sampai dengan satu hari menjelang batas akhir pendaftaran ulang, kata Heri, mereka ditelepon satu-satu oleh petugas.

"Tapi kenyataannya, masih tinggi yang tidak daftar ulang. Mereka yang tidak daftar ulang ada juga yang main-main, ingin pamer ke temannya bahwa mereka bisa diterima di UB," ucapnya. 

Jika jalur Mandiri, kemungkinan pendaftar tidak daftar ulang sangat kecil karena dorongan untuk dapat kuliah di Universitas Brawijaya sangat tinggi. 

Read Next