logo

Sekolah Kita

Menag: Pesantren Mainkan Peran Penjaga Kemanusiaan dan Kebangsaan

Menag: Pesantren Mainkan Peran Penjaga Kemanusiaan dan Kebangsaan
Menag Yaqut Cholil Qoumas saat menjadi narasumber dalam International Seminar on Islamic Education & Peace, Jakarta, Senin (29/11/2021). (Kemenag)
Bunga NurSY, Sekolah Kita30 November, 2021 08:57 WIB

Eduwara.com, JAKARTA—Pesantren selama ini dinilai telah memainkan perannya sebagai penjaga kemanusiaan dan kebangsaan di tengah masyarakat Indonesia yang plural.

Hal itu diungkapkan, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas saat didapuk menjadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam International Seminar on Islamic Education & Peace (ISIEP) 2021. 

Dalam acara yang diselenggarakan hasil kerja sama Universitas Islam Raden Rahmat Malang dengan Universiti Teknologi Malaysia itu, Menag menyampaikan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan keislaman yang khas asli (indigenous) Indonesia. 

"Di samping berkarakter keindonesiaan, pesantren senantiasa mentransmisikan pemahaman Islam yang ramah, damai, toleran, saling menghargai, dan tidak ektrim," katanya secara daring seperti dikutip dari siaran pers Kemenag, Senin (29/11/2021).

Menurutnya, pesantren mampu melakukan penyebaran agama dan pemahaman yang damai, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Maka dari itu, pesantren didorong untuk menjadi garda terdepan dalam membangun pemahaman Islam yang moderat.

Yaqut menjelaskan, Indonesia sebagai negara muslim terbesar memiliki karakter damai, santun, toleran, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Hal ini tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia. 

“Setidaknya, terdapat empat teori masuknya Islam ke Indonesia. Pertama, teori India (Gujarat). Kedua, teori Arab (Makkah). Ketiga, Persia (Iran). Keempat, teori Tiongkok,” ujarnya.

Adapun, dalam ISIEP 2021 ditampilkan lebih dari 70 presenter dari Indonesia, Malaysia, Nigeria, Thailand, Filipina, dan Pakistan, antara lain:  Anshari Pangaga Ali dari Mindanao State University Filipina, Imam Suprayoga dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Indonesia, Hamdan bin Said dari Universiti Teknologi Malaysia, serta Rafiu Ibrahim Adebayo dari Federal College of Education Nigeria.

Read Next