logo

Kampus

Dorong Mahasiwa Baru Paham Kebhinekaan dan Pola Digital, UMM Gelar Diklat Bela Negara

Dorong Mahasiwa Baru Paham Kebhinekaan dan Pola Digital, UMM Gelar Diklat Bela Negara
Kegiatan Bela Negara Mahasiswa Baru FPP UMM dipusatkan di Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud). ((EDUWARA/Humas UMM))
Fathul Muin, Kampus29 November, 2021 22:54 WIB

Eduwara.com, MALANG -- Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendorong mahasiswa baru untuk memahami dengan baik tentang kebhinekaan dan pola digital lewat Diklat Bela Negara yang berakhir Sabtu (20/11/2021).

Wakil Rektor III UMM, Nur Subeki, mengatakan ratusan mahasiswa baru dilatih untuk menguatkan fisik dan mental agar dapat melewati perkuliahan dengan maksimal. Selama enam hari, para mahasiswa baru diharuskan menginap di Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud).

"Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) dan Diklat Bela Negara memiliki makna yang luar biasa. Salah satunya agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami serta menumbuhkan kesadaran akan kebhinekaan," katanya, Senin (29/11/2021).

Selain itu, mahasiswa juga diharapkan sudah mengenal dan menerapkan nilai-nilai dari empat pilar Indonesia, yakni Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Pada agenda bela negara ini, mahasiswa diberikan materi tentang nusantara serta bagaimana pemuda menghadapi tantangan zaman. Semua itu disiapkan agar saudara-saudara bisa menyongsong masa depan dengan baik," tuturnya.

Menurut dia, COVID-19 telah mengubah pola kehidupan. Hal serupa juga mengakibatkan cepatnya implementasi industri 4.0 dengan pola-pola digitalnya seperti pola internet of things dan remote controlling technology. Di samping itu, belakangan juga muncul pola-pola digital farming serta artificial intelligence (AI).

"Mahasiswa baru harus segera berbenah dan menyiapkan diri. Memahami berbagai pola digital yang semakin ke sini semakin banyak. Setelah itu, memanfaatkannya untuk menciptakan inovasi-inovasi solutif di tengah masyarakat nanti," katanya.

Selain memahami pola digital, Nur Subeki juga menegaskan, menjadi seorang pemimpin juga harus menguasai 5C, yakni communication, kemampuan untuk bisa berinteraksi dengan baik sehingga mampu memunculkan kesempatan-kesempatan. Kemudian kemampuan critical thinking dan creative and innovative.

Dia mengatakan bahwa berpikir kritis akan memberikan jalan keluar dari sebuah masalah, sementara kreativitas akan memberikan hal-hal baru yang bisa membantu masalah terkait.

"Dua yang terakhir yakni collaboration dan confidence. Maka, gantungkan cita-cita saudara setinggi langit dan bangunlah tangga untuk menggapainya. Ingatlah semboyan Kampus Putih 'Student Today, Leader Tomorrow'," ucapnya.

Read Next