logo

Kampus

Pacu Kualitas Tenaga Kerja, Apindo & Gapki Gandeng UGM

Pacu Kualitas Tenaga Kerja, Apindo & Gapki Gandeng UGM
APINDO dan GAPKI sepakat bekerjasama dengan UGM Yogyakarta mendidik lebih banyak tenaga kerja lebih terampil. Empat tahun terakhir, tenaga kerja yang tersedia di Indonesia didominasi lulusan SD dan tidak memiliki ketrampilan. (UGM)
Setyono, Kampus05 Oktober, 2022 15:42 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meningkatkan kualitas calon-calon tenaga kerja ahli dan terampil.

Ketua Umum Apindo Hariyadi B. Sukamdani mengatakan selama empat tahun terakhir ini pekerja formal sektor industri yang tersedia di Indonesia cenderung berkeahlian rendah.

"Rendahnya kualitas pekerja ini salah satunya disebabkan keterbatasan angkatan kerja memperoleh pelatihan," kata Hariyadi, Rabu (5/10/2022) saat memberikan kuliah umum.

Hariyadi mengungkapkan dari data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2018 diketahui pekerja sektor pertanian dan industri sebagian besar berkeahlian rendah. Dari total pekerja sebanyak 121,02 juta sekitar 99,41 persen pekerja di sektor pertanian adalah berkeahlian rendah, 0,47 persen berkeahlian menengah, dan hanya 0,13 persen berkeahlian tinggi.

Kondisi tersebut tak jauh berbeda di sektor manufaktur dimana sebanyak 90,45 persen berkeahlian rendah, 6,52 persen berkeahlian menengah, dan 3,03 persen berkeahlian tinggi.

"Lalu, untuk sektor jasa dan lainnya cenderung membutuhkan keahlian menengah dan tinggi dengan potret sebanyak 14,36 persen berkeahlian tinggi, 52,74 persen berkeahlian menengah, dan 32,90 persen berkeahlian rendah," jelasnya.

Dengan demikian, dalam empat tahun terakhir, proporsi pekerja formal berkisar pada 42 persen atau sekitar 53,09 juta di 2018.

Hariyadi menyampaikan tenaga kerja di Indonesia selama 2018-2021 masih didominasi oleh pekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah. Kondisi ini menandakan kualitas pekerja di Indonesia masih sangat rendah.

Menurutnya, upaya peningkatan keterampilan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Salah satunya dengan membangun lingkungan pengembangan keterampilan yang baik. Beberapa diantaranya seperti pengembangan SKKNI sektor prioritas, pemagangan, pelatihan kejuruan, dan revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK).

Selain itu, skema kebijakan ketenagakerjaan komprehensif  untuk pengembangan keterampilan. Tak kalah penting adalah kerja sama industri dengan sekolah kejuruan dan perguruan tinggi.

"Karenanya penting dilakukan kerja sama antara UGM dan APINDO ini untuk meningkatkan low skill pekerja ke medium bahkan high skill,"terang Hariyadi.

Industri Sawit

Sementara itu, Ketua Umum GAPKI  Joko Supriyono menyampaikan industri kelapa sawit mempunyai peranan yang strategis terutama sebagai sumber devisa, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan wilayah sehingga perlu terus dijaga kesinambungannya.

Dengan luas dan tersebarnya industri sawit menjadi salah satu tempat belajar bagi mahasiswa maupun lulusan perguruan tinggi untuk untuk lebih memahami kinerja objektif industri sawit dilapangan.

"Dengan peran penting industri sawit dan luasnya penggunaan produk sawit untuk berbagai keperluan, sudah selayaknya UGM sebagai salah satu Perguruan Tinggi tertua dan terbesar di Indonesia memberikan perhatian lebih kepada industri sawit, dalam bentuk pengkajian, penelitian maupun riset-riset karya tulis yang dilakukan oleh mahasiswa maupun staf pengajar,"paparnya.

Read Next