logo

Sekolah Kita

Puncak HAB Ke-54, Siswa MTsN 3 Pamer Membatik dan Tatah Sungging

Puncak HAB Ke-54, Siswa MTsN 3 Pamer Membatik dan Tatah Sungging
Kakanwil Kemenag DIY Masmin Afif saat melihat unjuk kebolehan siswa-siswi MTsN 3 Bantul dalam membatik dan tatah sungging, Sabtu (26/2/2022). (EDUWARA/Humas MTsN 3 Bantul)
Setyono, Sekolah Kita28 Februari, 2022 19:05 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Siswa-siswi MTsN 3 Bantul pada puncak Hari Amal Bakti (HAB) ke-54 memamerkan kemampuan mereka dalam keterampilan membatik tulis dan tatah sungging wayang. Berada di pusat kerajinan dan batik, MTsN 3 Bantul, berkomitmen menjaga kelestarian budaya.

Dalam rilis yang diterima Senin (28/2/2022), peringatan HAB ke-54 MTsN Bantul dilaksanakan pada Sabtu (26/2.2022). Peringatan ini dihadiri Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta Masmin Afif.

MTsN 3 Bantul berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul. Desa ini dikenal sebagai sentra produksi batik tulis di Dusun Giriloyo dan tatah sungging wayang kulit. Proses regenerasi kedua ketrampilan ini terus dilakukan banyak pihak, termasuk lembaga pendidikan.

Pembimbing ekstra batik MTsN 3 Bantul, Istijanah menuturkan, anak asuhnya dilatih untuk turut melestarikan batik tulis agar tidak punah tergerus budaya asing. Kali ini, dua anak didik yang unjuk keterampilan membatik adalah Alfita dan Arifia

Sebagai perajin batik Giriloyo, Istijanah berkomitmen menjaga kelestarian budaya peninggalan nenek moyang tersebut agar menjadi sentra batik tulis.

"Proses membatik tulis memang lebih lama dan butuh kecermatan dibanding dengan batik cap maupun printing. Namun di sinilah kita sekaligus menanamkan nilai karakter dan budi pekerti kepada anak-anak," jelasnya.

Unjuk keterampilan juga dipamerkan Zidan Najmutsaqil Arrachman yang berasal dari pusat tatah sungging wayang di Dusun Karangasem, Desa Wukirsari. Zidan mendapatkan pelajaran dan keterampilan menatah wayang ini langsung dari ayahnya Sumadi yang perajin kulit.

Tidak hanya wayang, Zidan mengaku sudah terbiasa membuat berbagai cinderamata dari kulit, biasanya banyak diminati untuk souvenir pernikahan.

"Seperti membatik, menatah kulit menjadi wayang atau bentuk lainnya membutuhkan konsentrasi tinggi dan keterampilan khusus. Mulai dari menatah kulit di atas papan kayu, proses sungging (pewarnaan), sampai dengan memberi gapit, semua butuh latihan yang lama," jelasnya.

Usai melihat unjuk kebolehan siswa, Kakanwil Kemenag DIY Masmin Afif, yang didampingi Kakankemenag Bantul, Aidi Johansyah, merasa bangga dengan apa yang telah dilakukan oleh segenap civitas akademika MTsN 3 Bantul.

"Mengapresiasi apa yang telah dilakukan guru dan siswa di sini. Karena selain belajar pengetahuan agama juga dikembangkan bakat wirausaha, serta kecakapan hidup. Itu semua sangat mendukung sebagai bekal ketika terjun di tengah masyarakat," puji Kakanwil.

Tidak hanya itu, MTsN 3 Bantul yang yang berjuluk ‘Madrasah Hijau’ juga memamerkan produk makanan minuman karya siswa dengan pembimbing Sudarmi dan Masuratin, yaitu Bonlega (Abon Lele Matsaga), Cisle (Crispy Lele), Nata de Aloe Vera dalam tiga varian (bunga telang, buah naga dan jeruk).

Read Next