logo

Sekolah Kita

Ingin Siswa Tertarik Saat Dibacakan Cerita? Begini Caranya

Ingin Siswa Tertarik Saat Dibacakan Cerita? Begini Caranya
Koordinator Program Penerbitan dan Teknologi Informasi Provisi Education, Enda Hidayat dalam Workshop Menumbuhkan Kecintaan Anak Pada Buku dan Kegiatan Membaca (Bagian 3) yang diselenggarakan Direktorat Sekolah Dasar, Kamis (24/2/2022). (Eduwara.com/Dok. Istimewa Youtube Direktorat Sekolah Dasar)
Redaksi, Sekolah Kita27 Februari, 2022 22:26 WIB

Eduwara.com, JAKARTA—Seluruh elemen satuan pendidikan punya peran yang sama untuk meningkatkan literasi siswa. Salah satu upaya peningkatan itu melalui pembacaan buku cerita pada anak dengan cara menyenangkan.

Guru diharuskan membaca dengan ekspresif, mengajukan dua hingga tiga pertanyaan prediksi, dan menunjukkan beberapa gambar yang menarik.

Hal tersebut disampaikan Koordinator Program Penerbitan dan Teknologi Informasi Provisi Education, Enda Hidayat dalam Workshop Menumbuhkan Kecintaan Anak Pada Buku dan Kegiatan Membaca (Bagian 3), Kamis (24/2/2022).

Acara itu diselenggarakan Direktorat Sekolah Dasar melalui Zoom maupun siarang langsung Youtube Direktorat Sekolah Dasar.

Menurut Enda, ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh guru saat membacakan cerita kepada anak didiknya. Pertama, gunakan ekspresi. Guru bisa mengubah kecepatan atau volume membaca. Kemudian bisa mengubah suara untuk karakter yang berbeda. Kedua, gunakan gestur. Tidak hanya gerakan, mimik muka bisa diubah tergantung emosi yang disampaikan cerita. Juga tunjukan gestur dengan tangan.

"Ketiga, guru bisa melibatkan anak. Jangan lupa membuat kontak mata. Dengan demikian, anak-anak merasa diperhatikan dan terhubung saat dibacakan cerita. Keempat, jangan lupa memberikan jeda saat membaca. Hal ini membuat penasaran bagi anak, serta tidak buru-buru menghabiskan cerita," ujar dia.

Termotivasi

Menurut Enda, empat hal itu akan membuat cerita lebih hidup. Sehingga anak-anak menikmati cerita dan termotivasi membaca buku yang dibacakan. Bahkan penasaran dengan buku yang lain.

Lebih lanjut, alasan membaca nyaring perlu ekspresi dan gestur yakni cerita lebih seru dan menyenangkan. Kemudian anak mudah mengenali dan mengetahui yang dilakukan oleh karakter.

Alasan lain yakni anak bisa melihat gambaran isi cerita lebih jelas, membuat cerita lebih hidup, dan menunjukkan guru juga menikmati kegiatan membaca.

"Adapun cara memegang buku yang baik yaitu guru fokus ke bukunya. Anak-anak tidak perlu melihat teks. Jika mereka ingin melihat gambar, ketika membaca bisa ditunjukkan beberapa gambar menarik," ujar dia.

Sementara itu, mengajukan dua hingga tiga pertanyaan prediksi berguna untuk membuat anak tetap tertarik pada cerita. Kemudian menstimulasi rasa penasaran akan cerita, dan memgembangkan daya imajinasi serta berpikir kritis.

"Setelah membaca selesai, guru bisa menanyakan hal terkait cerita menggunakan 5W+1H secara singkat. Juga bisa meminta anak menirukan suara atau aksi yang menarik dari cerita," pungkas Enda. (K. Setia Widodo)

Editor: Riyanta

Read Next