logo

Kampus

SEBI UMY Kembangkan Pertanian Salak Terpadu di Magelang

SEBI UMY Kembangkan Pertanian Salak Terpadu di Magelang
Mahasiswa FH UMY, Arif Reksa Pambudi, berhasil mengembangkan Zalac Food Indonesia. Sebuah unit usaha pengolahan salak untuk memberdayakan petani salak di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Kini, bekerja sama dengan SEBI UMY, Arif Reksa Pambudi menjadikan kawasan Srumbung, Magelang sebagai kawasan agrowisata dan ekowisata berbasis pertanian salak terpadu. (EDUWARA/Dok. UMY)
Setyono, Kampus08 Juli, 2025 16:32 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Melalui Startup and Bisnis Incubator (SEBI), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadikan kawasan Srumbung, Magelang sebagai kawasan agrowisata dan ekowisata berbasis pertanian salak terpadu. Ini merupakan dukungan terhadap program salah satu mahasiswa UMY yang berhasil memberdayakan petani salak.

Dipusatkan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, program SEBI UMY diberikan sebagai apresiasi kepada Arif Reksa Pambudi, mahasiswa semester dua Fakultas Hukum (FH) UMY yang berhasil mengembangkan Zalac Food Indonesia. Sebuah unit usaha pengolahan salak yang kini berkembang pesat.

“Sebagian besar warga di sini menggantungkan hidup dari hasil kebun salak yang telah menjadi mata pencaharian utama turun-temurun. Setiap musim panen yang berlangsung di awal dan akhir tahun, tepatnya Oktober hingga Desember, aktivitas menyortir dan mengangkut salak menjadi pemandangan sehari-hari,” kata Arif Rekas Pambudi dilansir pada Senin (7/7/2025).

Dari ekosistem pertanian ini dan upaya meneruskan usaha keluarga, Reksa merancang sistem produksi yang lebih efisien dan modern, berbasis potensi lokal dan didukung pemanfaatan teknologi.

Sebagai co-foundernya, Reksa mengatakan Zalac Food Indonesia berhasil memberdayakan lebih dari 200 petani salak di lereng Gunung Merapi. Ia menegaskan terjun ke dunia pertanian bukan sekadar pilihan bisnis, tetapi juga wujud nyata tanggung jawab generasi muda terhadap desa.

“Anak muda perlu menjadi katalisator dalam dunia pertanian seperti ini. Urgensi pengembangan desa sangat tinggi, dan menurut saya, menjadi petani milenial adalah hal yang membanggakan,” ujarnya.

Bisnis yang dikelola Reksa tidak hanya fokus pada pengolahan hasil panen, tetapi juga pada distribusi salak, terutama jenis ‘Salak Nglumut’, varietas unggulan Gunung Merapi yang berkualitas premium dan menjadi komoditas ekspor andalan.

Bersama dengan kelompok petani Tani Ngudi Luhur, Zalac Food Indonesia rutin mengirimkan salak dua hingga tiga kali seminggu ke berbagai negara, seperti Jerman, Kamboja, Thailand, Malaysia, dan Tiongkok.

“Kami menerapkan konsep pertanian sirkular, di mana semua bagian dari salak, yakni buah, kulit, hingga biji, kami manfaatkan untuk menghasilkan produk bernilai tambah. Buah yang tak layak ekspor diolah kembali menjadi produk turunan,” jelasnya.

Produk Unggulan

Produk unggulan Zalac Food Indonesia antara lain manisan, dodol, geplak, coklat, bakpia, selai, sirup, dan crackers. Kulit salak disanitasi menjadi teh herbal, sedangkan bijinya diolah menjadi wedang kentos, yakni minuman menyerupai kopi dari biji salak.

“Tantangan terbesar adalah manajemen waktu. Saya harus cermat mengatur prioritas, karena akademik tetap yang utama,” tegasnya.

Tidak berhenti di situ, Reksa juga aktif mendorong pengembangan potensi desa. Ia yang kini menyandang predikat Young Ambassador Agriculture 2025 dari Kementerian Pertanian, tengah bekerja sama dengan SEBI UMY untuk menjadikan Kaliurang sebagai ‘Kawasan Agrowisata dan Ekowisata Berbasis Pertanian Terpadu’.

“Harapannya, pengembangan ini bisa memberdayakan lebih banyak warga agar tidak sepenuhnya bergantung pada panen salak, melainkan juga dari sektor wisata edukatif yang berkelanjutan,” imbuhnya.

Bagi Reksa, keterlibatan dalam pertanian bukan hanya upaya membangun ekonomi lokal, tetapi juga bentuk dorongan agar generasi muda tidak ragu terjun ke dunia agribisnis. Ia yakin bahwa dengan inovasi dan pendekatan berkelanjutan, pertanian bisa menjadi jalan masa depan yang menjanjikan.

“Saya ingin menunjukkan bahwa menjadi petani adalah pilihan yang bermartabat. Desa memiliki potensi luar biasa, dan sudah saatnya anak muda melihatnya sebagai ruang tumbuh sekaligus ladang kontribusi nyata,” tutup Reksa.

Read Next