Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO – Mahasiswa kerap kali diidentikkan sebagai agen perubahan dan diharapkan mampu membuat dampak positif yang ada di masyarakat. Hal tersebut dijawab salah seorang mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret, Ariva Syiva’a dengan mendirikan Doctor Javanese Minicamp.
Doctor Javanese Minicamp merupakan sebuah gerakan sosial yang berfokus pada dokter muda UNS untuk belajar bahasa Jawa, yang dibentuk pada 17 Januari 2022. Ariva mengatakan tak sedikit rekan mahasiswanya yang merasa bingung ketika berhadapan dengan pasien yang berbahasa Jawa.
“Tak sedikit rekan mahasiswa yang tengah berpraktik di Rumah Sakit Umum Derah (RSUD) dr Moewardi mengeluh kebingungan ketika dihadapkan dengan pasien berbahasa Jawa. Berangkat dari keresahan akan minimnya kemampuan berbahasa Jawa di kalangan tenaga kesehatan, yang mayoritas akan bekerja di pulau Jawa, program ini hadir untuk memfasilitasi mahasiswa, khususnya calon dokter, agar tidak kesulitan dalam memahami keluhan pasien,” ungkap Ariva seperti yang dilansir Eduwara.com, Jumat (27/5/2022) dari laman resmi UNS Solo.
Program tersebut, sambung dia, merupakan bentuk kolaborasi antara mahasiswa Prodi Kedokteran FK UNS dengan mahasiswa, serta alumni Prodi Pendidikan Bahasa Jawa UNS yang tergabung dalam Komunitas Si Ojan. Lebih lanjut, Ariva menjelaskan bahwa keberadaan Doctor Javanese Camp ini juga terinspirasi dari pepatah Jawa.
“Terinspirasi dari pepatah "wong Jawa aja nganti ilang Jawane" yang berarti orang Jawa seharusnya memiliki kemauan untuk melestarikan ciri khas yang menjadi jati dirinya sebagai orang Jawa. Saya terpantik untuk membantu rekan-rekan tenaga kesehatan agar bersama-sama kembali memunculkan figur dokter yang halus dan sopan. Tercermin salah satunya dengan bahasa yang halus dan penuh tata krama pada saat melayani pasien,” jelas Ariva.
Program itu menyasar mahasiswa Prodi Kedokteran UNS, baik mahasiswa preklinik maupun dokter muda. Selain menghasilkan figur dokter yang bisa berbahasa Jawa serta menjunjung tata krama, Doctor Javanese Minicamp juga turut andil dalam menangani kesehatan masyarakat.
Ariva dan kawan-kawannya pernah menggelar bakti sosial bagi masyarakat di Desa Pereng, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten pada Maret 2022. Kegiatan yang terselenggara antara lain adalah penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan, konsultasi dengan dokter spesialis berpengalaman, cek tekanan darah, cek asam urat, kolesterol, dan cek gula darah secara gratis.
Bimbingan Kelas Bahasa Jawa
Program belajar bahasa Jawa yang terdapat dalam program Doctor Javanese Camp adalah bimbingan kelas bahasa Jawa secara intensif sebanyak tiga sesi. Fokus kelas bahasa dibagi menjadi keterampilan anamnesis, penyuluhan, dan menjadi pewara.
Usai mengikuti rangkaian kelas bahasa, para peserta akan mengikuti bakti sosial di Galpentjil Heritage di Desa Pereng sebagai sarana implementasi ilmu yang telah didapatkan. Implementasi kegiatan telah terlaksana pada Maret 2022, sedangkan untuk periode berikutnya, Ariva mengatakan kegiatan akan hadir kembali pada November 2022.
Sebagai inisiator Doctor Javanese Camp, Ariva berharap agar program ini dapat terus berkembang. “Harapannya, program ini dapat terus berkembang dan mencetak dokter dambaan yang piawai memahami keluhan masyarakat berbahasa Jawa, terutama lansia,” kata Ariva.
Di tengah kepadatan jadwal sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran, Ariva mengaku bahwa tantangan terbesar dalam menjalankan program ini adalah beban akademik dan kesibukan lain yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas. Namun, sebagai penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (Baktinusa) oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI DD), dirinya terus mencoba berpegang teguh pada prinsip melayani yang menjadi salah satu karakter yang ditanamkan pada penerima manfaat Baktinusa.
Ariva berpesan agar mahasiswa kedokteran tetap aktif mengasah kemampuan berbahasa Jawa.
“Tetaplah aktif mengasah skill berbahasa Jawa untuk menolong pasien yang membutuhkan. Tidak hanya sekadar memberikan perawatan fisik kepada mereka, tapi lebih dari itu bisa berbagi kasih, semangat, dan harapan dengan bahasa yang akrab dengan keseharian pasien,” pungkas Ariva.
Sosok Ariva membuktikan bahwa sivitas akademika UNS mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya agen perubahan ke arah yang positif. Kehadirannya membawa angin segar dalam kehidupan masyarakat. Tidak hanya menjadi pribadi yang profesional, namun juga menerapkan welas asih dalam melayani pasiennya.
Selain itu, ia juga turut melestarikan aspek penting dalam budaya Jawa yakni melestarikan bahasa Jawa. Perempuan yang juga menggemari tembang Jawa ini, menyematkan slogan dalam proyek sosialnya, yakni becik anggone matur, bagas waras ugi makmur.
Hingga kini, Ariva dengan program Doctor Javanese Camp miliknya terus berupaya memberikan latihan bahasa Jawa pada calon dokter juga berbagi kebermanfaatan bagi masyarakat di Desa Pereng. (K. Setia Widodo/*)