Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, BALIKPAPAN—Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 4 global yang menyasar pendidikan yang setara dan inklusif serta kesempatan belajar untuk semua dipastikan tidak akan tercapai pada 2030.
Hal itu terungkap dalam laporan National SDG 4 benchmarks: fulfilling our commitments yang dirilis oleh Institut Statistik Unesco dan Global Education Monitoring Report pada Senin (24/01/2022).
Laporan itu menggarisbawahi tolak ukur tercapainya SDG’s poin keempat di berbagai belahan dunia yakni kehadiran pendidikan anak usia dini; kehadiran di sekolah; penyelesaian; kemahiran minimum dalam membaca dan matematika; guru terlatih; dan belanja pendidikan publik. Negara partisipan menetapkan target tolak ukur itu untuk 2025 dan 2030, berdasarkan capaian pada 2000—2015.
Silvia Montoya, Direktur Institut Statistik Unesco, mengatakan temuan yang didapat menunjukkan bahwa bahkan jika negara partisipan mencapai tolok ukur mereka, dunia masih akan gagal memenuhi ambisi yang ditetapkan dalam SDG 4 itu.
Menurutnya, sangat penting bahwa pemerintah negara-negara menganggap diri mereka bertanggung jawab atas komitmen mereka untuk anak-anak dan ada langkah maju dimana sekitar dua pertiga negara secara realistis menilai peluang mereka untuk mencapai tujuan SDG 4.
“Namun, hampir setengah jalan menuju tenggat waktu kami, prosesnya telah menunjukkan bahwa, bahkan menurut penilaian mereka sendiri, sebagian besar negara diperkirakan tidak akan mendekati tujuan 2030 itu,” jelasnya dalam siaran pers.
Dia menegaskan, langkah lanjutan yang harus dilakukan adalah mendorong negara partisipan untuk menyerahkan tolak ukur dan menentukan kebijakan mana yang harus diprioritaskan sebelum 2030.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa menurut ukuran mereka sendiri, Amerika Latin dan Karibia serta Asia Tengah dan Selatan berada di jalur yang tepat untuk mencapai pendidikan anak usia dini universal.
Di sisi lain, Afrika Sub-Sahara, Afrika Utara dan Asia Barat tidak akan mencapai tujuan ini, di mana diperkirakan baru sekitar dua dari tiga anak akan terdaftar di pendidikan anak usia dini pada tahun 2030, dari posisi saat ini masih kurang setengah dari populasi anak yang terdaftar di PAUD.
Negara partisipan terlihat paling tidak percaya diri tentang kemampuan untuk mempercepat kemajuan dalam keterampilan matematika. Pada 2030, secara global, tolak ukur yang diajukan menunjukkan bahwa 26% yang diperkirakan belum dapat menyelesaikan masalah matematika dasar di kelas awal, 32% di akhir sekolah dasar dan 34 % di akhir sekolah menengah pertama.
Persentase guru terlatih diharapkan meningkat antara 2015 dan 2030 menjadi lebih dari 90% di setiap tingkat pendidikan. Pertumbuhan tercepat diharapkan pada tingkat pendidikan pra-sekolah dasar, dari 70% menjadi 94%.
Namun, dalam tenggat waktu itu, negara-negara di Afrika sub-Sahara memperkirakan bahwa, terlepas dari upaya terbaik mereka, lebih dari seperempat guru di tingkat pra-sekolah dasar akan tetap tidak terlatih.
Manos Antoninis, Direktur Global Education Monitoring Report, mengatakan bahwa target yang ditetapkan secara nasional ini belum memperhitungkan kemungkinan dampak Covid-19 terhadap pendidikan. Sebagaimana diketahui, progress pendidikan telah melambat secara signifikan selama pandemi berlangsung.
“Hal yang juga meresahkan bahwa seperlima negara tidak memiliki rencana dengan target, sehingga masih ada pekerjaan yang harus dilakukan sebelum gambaran realistis penuh tentang tujuan kami pada tahun 2030 tersedia,” jelasnya.
Tolak ukur saat ini akan ditinjau pada tahun 2022 untuk melihat apakah negara-negara menganggap revisi yang signifikan dari ekspektasi yang dibuat sebagai akibat dari penutupan sekolah karena Covid-19 diperlukan.