Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan pemanfaatan teknologi nuklir untuk pengendalian lalat buah pada komoditas Salak Pondoh.
Tim Peneliti Fakultas Pertanian UGM dan BRIN sepakat melakukan riset pemanfaatan teknologi nuklir untuk pengendalian lalat buah sebagai hama utama komoditas hortikultura.
“Pasalnya, pasar ekspor produk buah hortikultura sering terkendala akibat terserang hama. Kolaborasi ini akan fokus pada peningkatan daya saing komoditas hortikultura lokal, terutama salak pondoh sebagai ikon Yogyakarta,” kata Ketua Program Studi Magister Ilmu Hama Tanaman Faperta UGM, Suputa, dilansir Senin (25/8/2025).
Menurut Suputa, serangan lalat buah menjadi hambatan serius dalam ekspor buah Indonesia. Salah satu contoh kasus adalah pemusnahan salak pondoh yang sudah berhasil diekspor ke Australia pada 2026 karena karena ditemukan belatung lalat buah. Sejak itu, Australia tidak lagi menerima ekspor salak dari DIY.
“Dengan dukungan teknologi nuklir, telur maupun larva lalat buah di dalam salak dapat dimatikan. Kita harapkan produk buah kita diterima negara mitra dagang,” terangnya.
Sinergi Riset
Suputa menambahkan, harapan terbesar dari kolaborasi ini adalah meningkatkan devisa negara melalui sektor ekspor sekaligus menjaga keberlangsungan buah lokal. Kolaborasi yang merupakan wujud interdisiplin dan multidisiplin, bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani.
Kolaborasi riset diharapkan menjadi langkah awal produktif membangun sinergi riset, khususnya dalam penerapan fitosanitari dan Teknik Serangga Mandul (TSM) berbasis teknologi nuklir.
“Ke depan, kami melihat akan sangat bermanfaat bagi peningkatan keamanan pangan dan daya saing komoditas hortikultura Indonesia,” paparnya.
Perwakilan BRIN, Murni Indarwatmi, menyampaikan peluang pemanfaatan teknologi nuklir di sektor perlindungan tanaman sangat besar, terutama dalam proses pascapanen untuk memenuhi standar ekspor.
“Peluangnya itu besar sekali. Untuk bagian pascapanen, pemanfaatan iradiasi khususnya untuk buah-buahan adalah untuk perlakuan fitosanitari. Dengan iradiasi, radiasi bisa menembus hingga ke dalam buah dan membunuh telur maupun larva hama lalat buah yang tersembunyi,” tuturnya.
Murni mengakui masih ada tantangan berupa persepsi masyarakat terkait nuklir yang kerap diasosiasikan dengan bom atau kecelakaan reaktor. Disebutnya sebenarnya iradiasi ini tidak ada bahan radioaktif yang menempel sama sekali di produk.
“Dosisnya kecil dan aman, justru memastikan buah yang diekspor bebas dari hama,” pungkasnya.