Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Universitas Nadhatul Ulama (UNU) Yogyakarta terpilih sebagai tuan rumah seminar internasional ‘Fostering the Ties between Faith and Ecological Resilience’. Ini adalah seminar tentang komitmen NU untuk menegaskan kiprahnya dalam isu agama dan lingkungan dengan menjadikan UNU Yogyakarta sebagai pionir memimpin transformasi ini.
Berlangsung pada Kamis (12/12/2024), seminar ini dihadiri langsung dan dibuka Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.
Dalam keterangan tertulisnya, Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita Pudjibudojo, mengatakan digelar melalui Prodi Studi Islam Interdisipliner dan Center for Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), seminar ini diselenggarakan UNU Yogyakarta bekerja sama dengan PBNU dan Zayed Award for Human Fraternity.
“Kami merasa terhormat dapat menjadi tuan rumah seminar ini. Seminar ini mencerminkan komitmen UNU Yogyakarta sebagai ruang dialog lintas agama dan budaya untuk menghadapi tantangan global, khususnya dalam menjaga kelestarian lingkungan,” terangnya.
Tidak hanya itu, Widya mengatakan seminar ini menjadi momentum untuk menghubungkan nilai-nilai spiritual dengan aksi nyata dalam menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan. Di mana sebagai sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dengan lebih dari 100 juta Jemaah, NU, selama 101 tahun berdiri, telah memberikan kontribusi luar biasa bagi Indonesia.
“Memasuki abad kedua, NU berkomitmen memperluas kontribusinya melalui akselerasi pendidikan tinggi berbasis Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM), dengan UNU Yogyakarta sebagai pionir yang diharapkan memimpin transformasi ini,” ujarnya.
Keberlanjutan
Widya menambahkan, kampus dengan visi menjadi professional hub and future-oriented university tidak hanya berupaya mencetak talenta-talenta unggul. UNU Yogyakarta juga menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan mengusung konsep green building dalam infrastruktur kampus.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, menyebut seminar ini mengangkat peran masyarakat lintas agama dalam melestarikan lingkungan sekaligus juga menjadi salah satu simbol persahabatan Indonesia melalui NU dan Uni Emirat Arab (UEA). Dalam jalinan persahabatan tersebut, NU ditetapkan sebagai salah satu penerima ZAHF dalam upayanya mempromosikan perdamaian dan solidaritas.
Melalui seminar ini, lanjut Gus Yahya, NU menegaskan kiprahnya dalam isu agama dan lingkungan, mengingat mayoritas warganya adalah petani dan terkait langsung dengan keberlanjutan alam dan lingkungan.
Gus Yahya juga memaparkan dengan jaringan pesantren, sekolah-sekolah, madrasah dan perguruan tinggi, NU berupaya menggulirkan gerakan kepedulian lingkungan dengan meng-upgrade permasalahan sosial terkait dengan persampahan dan penurunan kualitas lingkungan hidup.
“Kemudian juga dengan model tata kelola pertanian yang lebih ramah lingkungan dan lain-lain,” ucapnya.