Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA - Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) bagi 15 anak dengan cerebral palsy di Ciganjur, Jakarta Selatan.
Dosen Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) Elsa Roselina, Dosen Program Fisioterapi Aditya Denny Pratama, Dosen Program Studi Okupasi Terapi Hermito Gidion, Dini Fajariani, dan Cahya Ramadani Renhoran memberikan treatment dan pendidikan kepada para orangtua dengan anak cerebral palsy.
Elsa Roselina selaku Ketua Pengabdian Masyarakat menuturkan, kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat (pengmas) yang dilakukan oleh para dosen Program Pendidikan Vokasi UI. Materi difokuskan pada kesehatan anak cerebral palsy di masa pandemi Covid-19.
“Materi edukasi yang diberikan meliputi pengenalan terhadap tanda bahaya umum pada anak, cara mengidentifikasi adanya sesak napas pada anak, diare dan pengenalan tanda dehidrasi pada anak, serta hal yang harus menjadi fokus perhatian saat anak mengalami demam,” ujar Elsa dalam siaran pers yang dikirimkan oleh Humas Kerjasama dan Ventura Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia kepada Redaksi Eduwara.com, Senin (13/12/2021).
Dipaparkan Elsa, cerebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan perkembangan otak, yang biasanya terjadi saat anak masih di dalam kandungan. Gangguan perkembangan otak juga dapat terjadi ketika proses persalinan atau dua tahun pertama setelah kelahiran.
Kegiatan pengmas dilakukan secara integratif keilmuan, terdiri dari administrasi rumah sakit, fisioterapi, dan terapi okupasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anak dengan cerebral palsy di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Ketua Komunitas Rumah Cerebral Palsy (RCP), Jakarta Selatan Mama Baim mengapresiasi kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Program Penddikan Vokasi Universitas Indonesia. RCP merupakan wadah komunitas orangtua dengan anak cerebral palsy.
“Kami sangat berterima kasih atas kegiatan yang dilakukan. Dengan adanya program ini, para orangtua memiliki pengetahuan tentang kesehatan anak dan terapi yang harus dilakukan dalam kondisi pandemi. Semoga kegiatan seperti ini dapat berlanjut,” ujar Mama Baim.
Pada saat pengmas, pengabdi bidang fisioterapi dan okupasi terapi menangani anak dengan cerebral palsy secara personal, didahului dengan asesmen awal terhadap kebutuhan terapi berdasarkan jenis cerebral palsy si anak. Kemudian orangtua yang bersangkutan mendapatkan edukasi untuk latihan atau pemberian stimulus yang perlu dilakukan di rumah.
“Melalui kegiatan edukasi kesehatan dan peningkatan keterampilan dalam melatih motorik anak, kami berharap upaya pemantauan kesehatan anak dengan kondisi cerebral palsy di masa pandemi ini dapat lebih ditingkatkan,” tutur Elsa. Bhakti