logo

Sains

Resep Penanganan PMK versi Dosen UMM

Resep Penanganan PMK versi Dosen UMM
Guru Besar Bidang Kesehatan Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM, Lili Zalizar. (EDUWARA/Istimewa)
Fathul Muin, Sains23 Mei, 2022 22:05 WIB

Eduwara.com, MALANG — Guru Besar Bidang Kesehatan Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM, Lili Zalizar, mempunyai resep untuk mengatasi wabah penyakit mulut dan kulit (PMK) pada sapi, di antaranya pemberian vitamin, memperbaiki sanitasi pada kandang, penyemprotan disinfektan, pemberian vaksin, dan isolasi sapi yang sakit.

"Hewan-hewan sakit merupakan sumber penularan. Tetapi sisi positifnya, virus ini tidak dapat menular pada manusia," kata Lili Zalizar, Senin (23/5/2022).

Lili menegaskan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menyembuhkan PMK, yakni  pemberian vitamin untuk menjaga kekebalan tubuh sapi. Juga menjaga sanitasi di kandang, penyemprotan desinfektan di kandang dan isolasi sapi yang sakit.

Yang juga perlu dilakukan, lanjut Lili, adalah vaksinasi mengingat PMK ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Upaya vaksinasi menyeluruh dan merata menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan di seluruh Indonesia. 

"Sapi yang terinfeksi PMK akan merasa kesakitan ketika makan sehingga pemberian anti radang dan penghilang rasa sakit bisa diberikan agar sapi dapat makan. Selain itu, pemberian antibakteri seperti sulfadimidine juga bisa menjadi pilihan. Nah, hal yang tidak kalah penting adalah sapi yang sakit harus diisolasi agar tidak menular ke ternak lainnya. Kemudian harus ekstra diperhatikan agar cepat sembuh dari PMK," ujarnya. 

Vaksinasi

Lili berharap pemerintah  bisa segera melakukan vaksinasi kepada hewan ternak sehat sebelum Iduladha. Begitupun dengan upaya pelarangan pemindahan hewan ternak agar penyebaran virus bisa ditekan dan dikendalikan.

Lili mengimbau agar tempat penjualan ternak kurban bisa lebih dirapikan. Jarak antarternak dijauhkan untuk menekan angka penularan. Selain itu, juga pengawasan hewan ternak di aspek kesehatan.

"Usaha-usaha ini seyogyanya memang harus diawasi oleh Dinas Peternakan setempat. Tidak hanya dilakukan seadanya, tapi harus dilaksanakan secara serius agar penyakit ini bisa kembali pergi dari Indonesia. Semoga vaksinasi dapat diselesaikan Iduladha sehingga hewan kurban benar-benar sehat sebelum Iduladha tiba," ucapnya.

Menurut Lili, penyakit ini menyebabkan lepuh dan erosi pada selaput lendir mulut sehingga sapi tidak mau makan dan akhirnya kekurangan gizi dan terjadi penurunan bobot badan dan produksi susu.

Selain itu, PMK bisa menyebabkan terjadinya lepuh dan erosi pada jaringan di antara kuku sehingga ternak malas berdiri. PMK juga bisa menyerang kelenjar susu.

Beberapa faktor PMK muncul dan menyebar kembali di Indonesia karena kurangnya pengawasan dalam impor hewan ternak dari negara yang belum bebas PMK. Selain itu, kondisi kandang yang kurang bersih dan terawat serta kurangnya pengawasan transportasi ternak sapi antarwilayah juga menyebabkan percepatan menyebarnya penyakit ini.

Sebenarnya, kata Lili, sejak 1990 Indonesia sudah bebas PMK. Penyakit ini kembali muncul pada 2022. PMK bisa menular kepada sesama hewan ternak melalui kontak langsung antarhewan melalui droplet, leleran air liur, sisa pakan dari ternak sakit dan bahkan lewat udara. Penularan tidak langsung bisa melalui pakaian dan kendaraan pegawai peternakan serta peralatan kandang. 

Read Next