logo

Kampus

Tambah 3 Guru Besar, UMY Jadi PTS dengan Profesor Terbanyak di DIY

Tambah 3 Guru Besar, UMY Jadi PTS dengan Profesor Terbanyak di DIY
Tiga dosen UMY, yaitu Erna Rochmawati, Suciati dan Sudarisman, seusai menerima SK Guru Besar dari LLDIKTI Wilayah V DIY, berfoto bersama Kepala LLDIKTI Wilayah V DIY Setyabudi Indartono dan Rektor UMY Gunawan Budiyanto. (EDUWARA/Dok. UMY)
Setyono, Kampus29 Maret, 2024 17:37 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menerima tiga Surat Keputusan (SK) Guru Besar dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penambahan Guru Besar ini menjadikan UMY sebagai perguruan tinggi swasta (PTS) dengan profesor terbanyak di DIY.

Kepala LLDIKTI Wilayah V DIY, Setyabudi Indartono, mengatakan sebelumnya UMY telah menerima empat SK Guru Besar. Sedangkan tiga Guru Besar baru tersebut adalah Erna Rochmawati sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Ia menjadi Guru Besar pertama dari program studi (prodi) Ilmu Keperawatan.

“Kemudian Suciati sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi Pendidikan Islam, yang juga menjadi Guru Besar pertama di prodi Ilmu Komunikasi, dan Sudarisman sebagai Guru besar Bidang Ilmu Mekanika Material,” jelas Setyabudi seperti dilansir pada Kamis (28/3/2024).

Saat ini, UMY sudah memiliki total 46 Guru Besar dan angka tersebut menjadi jumlah yang terbanyak di wilayah DIY. Di peringkat kedua ada Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

“Di wilayah V ini ada 206 Guru Besar. Jadi kalau di UMY sudah ada 46 Guru Besar, berarti sudah seperempatnya,” kata Setyabudi.

Dari catatan LLDIKTI Wilayah V DIY, UMY memiliki 126 dosen dengan jabatan Lektor Kepala, 306 dosen dengan jabatan Lektor, dan 314 dosen dengan gelar Doktor. Setyabudi berharap dengan jumlah tersebut, para dosen UMY dapat segera didorong dan diproses menuju Guru Besar.

Kepada tiga Guru Besar baru UMY, Setyabudi berpesan untuk mengakselerasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Urutan tersebut seharusnya dibalik, dengan penelitian menjadi yang utama. Karena dari penelitianlah buku-buku dapat dihasilkan dan dapat menjadi bahan ajar.

“Jangan sampai kita seperti kaset, ke Gramedia beli buku kemudian diberikan di kelas. Justru dengan penelitian itu menjadi buku ajar, buku teks yang kita diseminasikan tidak hanya di seminar tapi juga di kelas,” tandasnya.

Read Next