Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Jajaran pimpinan Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) mendeklarasikan diri sebagai institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai inklusif. Tagline ‘Tanpa Inklusi, Tidak Ada Keunggulan. Tanpa Inklusi, Tidak Ada Kesetaraan’, turut diperkenalkan.
Melalui talkshow pengembangan kampus inklusif bertema ‘Pendirian Unit Layanan Disabilitas sebagai Praktik Visi Kampus Inklusi dan Peluncuran Unit Layanan Disabilitas’, UAJY ikut memperingati Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember.
“Sebagai institusi yang menjunjung tinggi nilai inklusif, UAJY menilai kehadiran Unit Layanan Disabilitas (ULD) ini sangat penting karena menjadi perwujudan salah satu nilai-nilai kampus,” kata Rektor UAJY, G Sri Nurhartanto, dilansir Rabu (4/12/2024).
Talkshow diselenggarakan untuk menggali lebih dalam berbagai aspek pengembangan kampus inklusif. Harapannya, melalui kegiatan ini akan banyak masukan berharga bagi seluruh sivitas akademika UAJY untuk mengimplementasikan visi dan nilai inklusif.
“Seringkali inklusif ini hanya diartikan dengan terbuka atau toleran dengan agama atau latar belakang budaya saja. Padahal inklusif juga dimaknai terbuka dengan teman-teman penyandang disabilitas,” ujarnya.
Setiap penerimaan mahasiswa baru (PMB), UAJY selalu menerima penyandang disabilitas, maka fasilitas harus disediakan lengkap. Menurut Nurhartanto, pendeteksian ini harus dilakukan sejak dini supaya kampus bisa membantu dan mendampingi teman-teman disabilitas, supaya bisa setara dengan yang lainnya.
“Saya sangat mengapresiasi teman-teman disabilitas yang senantiasa mau mengembangkan dirinya, mari kita berkolaborasi untuk menciptakan kenyamanan bersama,” tegasnya.
Membangun Komunikasi
Anggota Tim Pengembangan ULD UAJY, Alexander Beny Pramudyanto, menyampaikan bahwa proses, tahap, tantangan dalam membentuk unit ini berangkat dari urgensi yang ada, seperti mewujudkan nilai visi.
“Bertambahnya mahasiswa disabilitas di UAJY, dinamika kebutuhan akomodasi dan aksesibilitas yang semakin beragam, dan amanat Undang-Undang dan Aturan pemerintah,” tuturnya.
Anggota tim lainnya, Bambang Kusumo Prihandono, menyampaikan perlunya membangun komunikasi dengan para mahasiswa sebelum menyediakan fasilitas. Kesetaraan dan keadilan, menurutnya, harus diperjuangkan sebagai sebuah solusi dari hambatan yang ada, maka perlu ada unit yang menangani penyandang disabilitas.
“Tanpa inklusi, tidak ada keunggulan. Tanpa inklusi, tidak ada kesetaraan. Mari bersinergi bersama dalam mewujudkan visi inklusif UAJY,” jelasnya.
Mahasiswa penyandang tuna rungu dari Program Studi Informatika Fakultas Teknik Industri Angkatan 2023, Muhammad Rizki Adhana, mengaku senang karena berdirinya ULD dirasa penting untuk mendukung terbentuknya kampus yang inklusif.
“Semoga ke depannya ULD bisa menjadi wadah untuk teman-teman disabilitas dalam menyampaikan ide atau gagasan dan menyediakan juru bahasa yang sesuai dengan penyandang yang ada,” ucap Rizki dibantu penerjemah.