Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA -- Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar acara dengan tajuk “Seminar Belajar Asyik, Semua Bisa Ikut” di Lecture Hall Pdt Dr Rudi Budiman Kampus UKDW.
Acara yang merupakan rangkaian dari Dies Natalis ke-62 Duta Wacana, ini mengangkat tema inklusivitas, yang menjadi bagian dari visi UKDW, yakni untuk menjadi universitas yang mengedepankan inklusivitas dan keberkelanjutan.
Hadir sebagai narasumber seminar adalah Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Itje Chodidjah, dan Dosen Prodi Studi Humanitas UKDW Vania Sharleen Setyono.
Rektor UKDW, Wiyatiningsih, berharap materi yang disampaikan bisa memperkaya wawasan. Pasalnya, tema seminar sangat menantang, mengajak semua bisa ikut dalam proses pendidikan.
“Meski tidak mudah, usaha-usaha yang sudah dilakukan UKDW yang mengarah inklusivitas patut kita hargai. Acara ini tidak lepas dari salah satu SDGs, yaitu goals ke-4 untuk menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata. Dengan goals itu kita yakin bahwa seharusnya semua bisa mengikuti proses pendidikan dan tidak ada yang ditinggalkan,” ujarnya.
Dalam paparannya, Itje Chodidjah, menyebutkan proses pembelajaran didapatkan setiap hari dalam kehidupan sehari-hari kita.
“Setiap orang terlahir untuk belajar. Dari bayi mulai belajar mendeteksi suara. Setiap bayi juga melakukan scientific proses, melakukan observasi kemudian hipotesa. Tumbuh menjadi anak-anak belajar untuk menganalisa, merespons setiap pengalaman pertama,” katanya.
Potensi Diri
Itje juga mengatakan bahwa setiap individu memiliki potensi. Hanya dirinya sendiri yang dapat menentukan akan diarahkan kemana potensi dirinya tersebut.
“Sampai pada usia tertentu, setiap individu memerlukan orang lain untuk mengambil keputusan, itulah sebabnya proses pendidikan dalam keluarga dan sekolah memiliki peranan penting untuk membantu pertumbuhan kognitif dan emosi individu," katanya.
Keputusan setiap individu, lanjut Itje, ditentukan oleh hasil dan pengalaman belajarnya. Oleh karena itu, semakin interaktif orang dewasa membimbingnya, semakin banyak pengalaman yang terjadi di dalam otak dan emosinya.
“Melatih berpikir jauh lebih penting daripada memorizing, karena belajar membutuhkan proses, di mana otak diajak untuk berdaya. Sehingga kita dapat menghadapi kompleksitas dengan pendekatan slowthinking, namun bisa merespos dengan cepat,” terangnya.
Kesimpulannya adalah belajar asyik yang akan melibatkan semua untuk ikut, memerlukan kerja sama untuk terus menumbuhkan kesadaran bahwa belajar itu adalah keputusan individu. Topik yang dibicarakan hari ini adalah topik untuk menghadirkan manusia yang mampu bergaul dengan siapapun dari golongan apapun.
Itje juga berharap pada usia yang ke-62 tahun ini, UKDW semakin matang dalam mengelola pendidikan untuk menyiapkan manusia-manusia Indonesia yang kuat. UKDW terus memampukan diri untuk membawa Indonesia dalam kehidupan yang memberikan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk hidup dengan layak secara fisik maupun psikologis.
Selanjutnya, Vania Sharleen Setyono, membagikan pengalamannya selama belajar di bangku sekolah dan mengajar di UKDW. Vania menyebutkan dari tagline #bisabelajarbisa yang digagasnya, diharapkan setiap siswa yang datang ke UKDW, bisa belajar, terlepas dari latar belakangnya seperti apa. Dan setelah lulus belajar bisa menjadi seseorang yang berdaya guna.
Vania juga sepakat dengan Itje bahwa proses belajar dilakukan seumur hidup.
“Belajar asyik, semua bisa ikut, membutuhkan proses bersama-sama. Bukan hanya tugas pendidik, tapi juga tugas pelajar. Kita adalah long life learner,” pungkasnya.