Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta kembali menggelar pameran seni rupa. Sebanyak 23 karya hasil konvergensi seni dan teknologi dipamerkan di sudut ‘Galeri Nusantara’.
Bertajuk ‘Under The Same Sun’, karya-karya dari 14 seniman maupun kolektif seni berbasis kolaborasi lintas-disiplin bidang seni dan teknologi dipamerkan mulai 9-15 November 2024.
Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita mengatakan pameran seni rupa tersebut merupakan ajang untuk mengeksplorasi hubungan antara manusia, seni, dan sains-teknologi.
“Seluruh karya adalah perpaduan karya seni dan karya ilmiah yang dikemas inovatif dan kreatif,” kata Widya Priyahita, Minggu (10/11/2024).
Sebagai ruang refleksi memandang hubungan manusia, alam, dan teknologi hari ini, berbagai karya ini selaras dengan komitmen UNU Yogyakarta dalam pengembangan bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).
Sebagai kampus baru, lanjut Widya, UNU Yogyakarta akan terus fokus pada isu-isu STEM dan masa depan, seperti melalui transformasi digital di lingkup internal hingga persiapan program strategis seperti ICT-Blockchain Academy.
“Pameran ini sesuai dengan visi UNU Yogyakarta. Kami ingin menjadi anomali di lingkungan NU dan mengajak santri-santri NU untuk menggeluti STEM dan menghasilkan inovasi,” katanya.
Sinergi Baru
Widya juga melihat pameran ini menjadi momen peneguhan bagi NU dan UNU Yogyakarta, yang memberi perhatian besar pada STEM dan perkembangannya seperti teknologi Internet of Things (IoT) hingga Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan.
Diharapkan keberlangsungan ‘Under The Same Sun’ menjadi ruang temu pihak yang menaruh perhatian pada pertemuan antara teknologi dan seni. Berbagai seminar, workshop, dan pameran inovasi dari mahasiswa dan mitra kolaborasi turut berlangsung selama pameran.
Kurator pameran seni rupa ‘Under the Same Sun’, Ignatia Nilu, menjelaskan, sejak hadirnya teknologi IoT, kolaborasi lintas disiplin ilmu menjadi semakin terbuka. Bidang Galleries, Libraries, Archives, Museums (GLAM) dan STEM, yang sebelumnya bekerja dengan pendekatan yang berbeda, kini mulai saling berinteraksi dan bertukar ide.
“Kedua bidang itu menciptakan sinergi baru yang menggabungkan kreativitas imajinatif dengan metodologi ilmiah yang ketat. Penggunaan teknologi seperti mesin dan komputasi kini menjadi elemen sentral dalam berbagai kegiatan manusia sehari-hari,” paparnya.
Pameran art and science menciptakan ruang di mana ide-ide dapat dieksplorasi lebih jauh sehingga menjadi platform kolaborasi antara sektor-sektor berbeda, mulai dari pemangku kepentingan hingga para inovator muda.
“Kami ingin mendukung pengembangan gagasan dan karya yang berdampak tidak hanya pada dunia akademik, tetapi juga industri dan masyarakat luas,” katanya.
Sebagai refleksi dari dunia yang semakin terotomatisasi dan terkoneksi, menurut Nilu, pameran seni rupa ini juga berfungsi sebagai wadah untuk melihat kembali hubungan manusia dengan teknologi dan alam.