logo

Kampus

Akademisi Prihatin Penurunan Integritas Riset dalam 10 Tahun Terakhir

Akademisi Prihatin Penurunan Integritas Riset dalam 10 Tahun Terakhir
Seminar bertajuk ‘Scientific Integrity and Research Ethic’ diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (6/12/2023). Seminar tersebut menghadirkan tiga orang pembicara, yaitu Scientific Integrity Course Coordinator The University of Kansas Amerika Serikat Teruna, J Siahaan, Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga Gunawan Indrayanto, dan Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Abdul Rohman. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus07 Desember, 2023 22:09 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Dalam Seminar bertajuk ‘Scientific Integrity and Research Ethic’ yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (6/12/2023), para guru besar menyampaikan keprihatinan terkait meningkatnya pelanggaran yang berdampak pada penurunan integritas riset.

Seminar ini menghadirkan tiga orang pembicara yaitu Scientific Integrity Course Coordinator The University of Kansas Amerika Serikat Teruna,  J Siahaan, Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga Gunawan Indrayanto, dan Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Abdul Rohman.

Dalam paparannya, Teruna  J Siahaan mengatakan setiap mahasiswa dan peneliti harus bertanggung jawab dengan riset yang dilakukan. Pasalnya, riset bertujuan mencari solusi dari permasalahan yang ditemukan di tengah masyarakat. Sedangkan di bidang riset sains bertujuan memecahkan permasalahan yang ditemukan di alam. 

"Di kampus sekarang ini, tujuan seseorang melakukan riset untuk mendapat pengakuan, penghargaan, beasiswa hingga promosi jabatan,” kata Teruna J Siahaan dalam rilis Kamis (7/12/2023).

Namun saat ini, lanjut Teruna, tengah terjadi krisis reprodusibilitas, di mana riset yang sudah dilakukan tidak bisa diuji ulang di tempat lain karena ada pelanggaran karya ilmiah tersebut.

“Hanya 25 persen yang bisa di uji ulang risetnya,” katanya.

Dampak pelanggaran karya ilmiah dan penurunan integritas dalam melakukan riset ditandai dengan maraknya plagiarisme, fabrikasi dan falsifikasi. Teruna mengatakan dalam sepuluh tahun terakhir di Amerika Serikat, pelanggaran riset itu naik 10 kali lipat. Di mana tidak sedikit riset yang dilakukan merupakan pengulangan dari riset sebelumnya dan tidak memiliki unsur kebaruan.

Karena itu, lanjut Teruna, integritas dan etika riset harus dikedepankan oleh para akademisi agar tidak terjadi penyimpangan penulisan riset karya ilmiah seperti manipulasi data, plagiat dan pemalsuan data.

“Riset yang berujung pada kehadiran aplikasi memberi dampak secara regional dan global. Ada pengaruh langsung pada masyarakat,” katanya.

Edukasi Riset

Bukan hanya untuk kepentingan pribadi semata, Teruna mengaku sangat mengapresiasi sekali apabila riset dilakukan mencari solusi dari masalah yang rumit, terutama riset yang secara langsung memberi dampak bagi masyarakat regional dan global seperti penemuan vaksin dan obat.

Pada setiap kesempatan di Universitas Kansas, menurut Teruna, pihaknya selalu menekankan para mahasiswa dan peneliti untuk menjaga integritas moral dan menjauhi pelanggaran karya ilmiah. Ini untuk menjaga kejujuran, bertanggung jawab, dan terbuka.

“Siap apabila divalidasi dan menghargai hasil karya orang lain,” ujarnya.

Kepala LPPT UGM Yusril Yusuf, mengatakan di lembaganya kegiatan riset banyak dilakukan mahasiswa pascasarjana dan peneliti. Di mana pihaknya selalu melakukan edukasi tentang pentingnya integritas dan etika riset.

UGM juga mengharapkan penelitian dilakukan bukan sekadar untuk kepentingan publikasi semata namun bisa memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

“Kita ingin peneliti memahami sebuah riset itu dapat memberikan dampak bukan sekadar publikasi saja  tapi ada unsur kemanfaatan dan keaslian data,” pungkasnya.

Read Next