Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Alumnus D4 Teknik Sipil Fakultas Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ricky Surya Hutama Putra, menggagas penggunaan serat sabut kelapa sebagai bahan tambahan beton untuk perkerasan jalan pedesaan.
Dalam rilis Kamis (27/4/2023), Surya mengatakan beton adalah bahan kontruksi yang tersusun atas berbagai agregat halus yaitu pasir dan juga agregat kasar berupa batu pecah, kerikil, serta agregat-agregat lain di antaranya air dan semen.
“Terkadang juga, diberi tambahan bahan-bahan lainnya atau admixture yang bertujuan untuk menghasilkan beton dalam keadaan khusus. Dikarenakan beton juga memiliki karakteristik, yakni memiliki tegangan hancur tarik rendah dan tekan tinggi,” katanya.
Surya menjelaskan dipilihnya serat alam sabut kelapa (cocofiber) untuk bahan campuran pembuatan beton ramah lingkungan karena akan menghasilkan beton bermutu lebih baik, serta mengurangi retak pada beton.
Cara pembuatan cocofiber adalah dengan cara pencucian dan pengeringan untuk dijadikan serat, sehingga sabut kelapa lebih awet dan tahan lama.
Penggunaan cocofiber ini bertujuan meningkatkan mutu beton dalam bidang pembangunan konstruksi, khususnya yang menggunakan beton ramah lingkungan.
Inovasi ini, menurut Surya, akan memberikan manfaat bagi para insinyur muda untuk lebih mengembangkan produk-produk industri, dengan energi terbarukan terutama dengan bahan dasar alam agar lebih bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
"Tujuan dari penambahan bahan serat ke campuran beton ialah untuk meningkatkan ketahanan akan susut, menahan gaya tarik, dan juga memberikan peningkatan pada kekuatan lentur," jelasnya.
Digunakannya sabut kelapa dalam campuran beton karena mampu meningkatkan kekuatan tekan maksimum optimal dan juga modulus runtuh beton memiliki nilai maksimal dalam proporsi tertentu.
Kualitas Serat
Secara teknis, lanjut Surya, serat sabut kelapa merupakan bahan yang memiliki serat dengan ketebalan 5 cm yang termasuk ke dalam bagian luar dari kelapa.
Serat yang mampu diekstrak didapatkan 40 persen serabut berbulu sedangkan sejumlah 60 persen dari serat matras. Dari total 1.000 gram tersebut yang diabstraksi akan mendapatkan 70 bagian serabut, kemudian serat matras sejumlah 19 dan 12 bagian untuk serat bulu.
“Dilihat dari teknisnya, sabut kelapa mempunyai sifat yang terbilang menguntungkan, di mana memiliki panjang 15-30 cm, tahan akan mikroorganisme, lapuk, dan juga aktivitas mekanis seperti dipukul atau digosok, serta beratnya lebih ringan dibanding serat yang lain,” katanya.
Surya menambahkan beton yang diperkuat serat maka beban deformasi akan dialihkan ke serat. Serat yang berperan untuk menahan retakan yang terus menjalar guna memberikan jebakan pada ujung retakan sehingga memperlambat retakan dalam melewati matrik, yang kemudian regangan retakan ultimit komposit akan mengalami peningkatan apabila dikomparasikan dengan beton tanpa serat.
Kualitas serat ditentukan oleh persentase kotoran, warna, proporsi berat antar serat panjang dan pendek, serta kadar air. Serat serabut kelapa ini dimanfaatkan sebagai bahan tambahan beton, yang lebih baik ketika kondisi serabut kelapa kering. Karena kekuatan tarikan dari serat serabut kelapa yang dalam kondisi basah tidak mampu secara optimum dan ketika diuji serat serabut kelapa basah akan dengan mudah terurai saat penarikan daripada serat sabut kelapa yang kering.
Karya ini membawa Ricky Surya Hutama Putra menjadi lulusan terbaik dan tercepat dari program studi D4 Teknik Sipil dengan IPK 3,42 pada wisuda UNY periode Februari 2023 sekaligus juara 1 Inovasi Konstruksi Material Olimpiade Vokasi Nasional Indonesia 2022.
Saat ini, pria kelahiran Magelang 4 Januari 1999 itu telah bekerja di Waskita Precast Beton pada bagian QHSE.