Agar Lebih Diminati, Politeknik Swasta akan Tingkatkan Kerja Sama

16 Mei, 2023 20:17 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

16052023-Sevima sarasehan Pelita.jpeg
Perkumpulan Politeknik Swasta (PELITA), bakal menyelenggarakan sarasehan online yang dihadiri 177 perwakilan politeknik. Ketua PELITA Akhwanul Akhmal, Selasa (16/5/2023), mengatakan sarasehan ini bertujuan meningkatkan daya tarik politeknik di mata generasi muda. (EDUWARA/Dok. PELITA)

Eduwara.com, JOGJA – Minimnya minat masyarakat melanjutkan pendidikan tinggi ke Politeknik yang dikelola swasta menjadikan keprihatinan sendiri bagi Perkumpulan Politeknik Swasta (PELITA). Padahal kurikulum yang diajarkan di politeknik memiliki segudang skill hingga peluang kerja.

"Ini yang bisa diperoleh generasi muda saat memilih berkuliah di kampus politeknik swasta. Namun sekarang masyarakat akan memilih menyekolahkan anaknya di universitas negeri. Kampus swasta saja jarang dipilih, lebih-lebih lagi politeknik swasta," kata Ketua PELITA Akhwanul Akhmal, Selasa (16/5/2023).

Keprihatinan inilah yang nantinya menjadi semangat bersama yang dibawa dalam sarasehan online dalam rangka dies natalis pertama PELITA yang dijadwalkan pada Sabtu (20/5/2023). Dalam sarasehan tersebut, direncanakan akan berkumpul perwakilan dari 177 politeknik swasta dan dihadiri Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek.

"Sarasehan ini sepenuhnya gratis, karena kami ini satu rasa sebagai politeknik swasta, tantangannya sama, dan bersama-sama kita carikan solusinya untuk masa depan pendidikan vokasi," ungkap Akhwanul yang merupakan Direktur Politeknik LP3I Jakarta.

Bertema 'Kolaborasi Tebar Citra Politeknik Swasta', sarasehan ini akan fokus pada tiga hal yang dinilai perlu dilakukan untuk menarik minat generasi muda melanjutkan kuliah di politeknik.

"Baik masyarakat, maupun dunia industri, belum sepenuhnya kenal politeknik swasta. Coba perhatikan, pabrik atau industri biasanya mereka mensyaratkan teknik mesin, tapi diploma boleh, sarjana boleh, insinyur boleh," ucapnya.

Padahal pelajaran vokasi yang terapan full, dengan sarjana yang lebih banyak teori, itu beda jauh. Jadi politeknik swasta perlu berkolaborasi mengenalkan citranya dengan menjalin kolaborasi juga dengan pemerintah dan KADIN.

Kebijakan Pemerintah

Kedua, memikirkan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan pendidikan vokasi. Selama ini politeknik kerap disamakan dengan universitas. Misalnya, dosen diwajibkan punya nomor induk dan melakukan pengabdian masyarakat, instrumen akreditasi dilihat teori-teorinya, dan aturan terkait dosen harus S2 dengan bidang ilmu tertentu yang linier.

"Padahal, dia belum S2 pun, tetap kami butuhkan. Karena kami cari praktisi, yang bisa mendidik para mahasiswa kami setelah lulus, kompeten untuk menjadi praktisi. Kehadiran Direktorat Jenderal Vokasi yang masih baru, perlahan-lahan sudah merubah hal tersebut, dan PELITA siap berkolaborasi," lanjut Akhwanul.

Ketiga, membuka kesempatan kerja sama internasional. Pekerja Migran Indonesia (PMI) selama ini dikenal cekatan. Pekerjaan dan gaji yang diperoleh juga cukup prestisius, di bidang-bidang seperti migas, konstruksi, teknik, bahkan kesehatan.

"Impian PELITA adalah, agar ketika seseorang datang ke Indonesia, studi banding atau kolaborasi kerja sama, tidak hanya cari kampus negeri. Mereka akan mencari politeknik, karena kualitas kita unggul dan bisa memenuhi kebutuhan global," pungkas Akhwanul.