Kampus
10 Juli, 2023 23:49 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Impian Muhammad Arifin Ilham (18), pemuda asal Desa Lamgeu eu, Peukan Bada, Aceh Besar untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta terwujud. Lewat jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP) 2023, Arifin diterima di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UGM. Arifin menjadi penerima UKT Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen (UKT 0) dari UGM.
Arifin adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mukhlis (46) dan Afrianti (40). Sang ayah menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga dan setiap hari menjalankan usaha toko kelontong.
"Kuliah di UGM menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya. Ini merupakan langkah awal meraih cita-cita menjadi seorang diplomat," jelasnya.
Sebagai penerima UKT 0, Arifin dibebaskan dari biaya kuliah hingga delapan semester. Tak hanya itu, ia juga menjadi kandidat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.
Sejak kecil Arifin tumbuh dalam lingkungan sederhana. Bahkan, awal kehidupannya dijalani di barak pengungsian. Ia lahir tiga bulan setelah tsunami meluluhlantakkan Banda Aceh, termasuk kampung halamannya.
Dari lahir hingga usia dua tahun ia terpaksa tinggal di tenda barak pengungsian karena rumah orang tuanya rata dengan tanah, tak bersisa. Dalam kondisi mengungsi, Arifin terlahir prematur pada usia kandungan tujuh bulan dengan berat hanya 1,3 Kg.
"Saat terjadi tsunami Desember 2004 lalu, ibu masih kondisi hamil saya. Usia kandungannya memasuki lima bulan. Alhamdulillah, bapak ibu berhasil selamat dari tsunami, lari ke bukit kala itu," tuturnya.
Meski hidup dengan kondisi kondisi pas-pasan, namun tak pernah sedikitpun Arifin berkecil hati. Apalagi berputus asa dalam menggapai mimpi. Sejak kecil ia memang telah memimpikan bisa kuliah agar bisa terlepas dari belenggu keterbatasan. Karenanya, sedari bangku sekolah dasar (SD) ia berusaha untuk berprestasi dengan tekun belajar.
Meraih Ranking
Hasil tak pernah mengkhianati usaha, sejak SD hingga SMP ia selalu masuk tiga besar di sekolah dan di jenjang SMA selalu meraih ranking 1 dan mendapatkan beasiswa pendidikan.
Sederet prestasi di tingkat nasional pernah diraih Arifin seperti juara 1 kompetisi Bahasa Inggris Jenius Competition 2022, juara 1 lomba esai FPCI UGM 2022, dan juara 1 Olimpiade Bahasa Inggris yang digelar PT Bima Competition.
Keinginannnya untuk kuliah semakin menguat karena dorongan dari guru di sekolahnya MAN 1 Banda Aceh. Arifin menjatuhkan pilihan ke UGM sebagai tempat untuk melanjutkan studi.
"Sejak SMP memang ingin kuliah di UGM. Kata orang-orang, kalau ada potensi lebih baik kuliah di luar Aceh, jadi saya semakin mantap pilih UGM karena 12 tahun kan sudah habiskan belajar di Aceh,"paparnya.
Kedua orang tuanya bahagia sekaligus sedih ketika mendapat kabar diterima di UGM. Terpikir apa nanti bisa kuliah sampai selesai karena terkendala biaya.
Ibunda Arifin, Afrianti mengatakan saat itu ia dan suami cukup lega karena putranya bisa meraih apa yang telah lama diimpikan. Namun, mereka pun terkejut ketika mengetahui Arifin hanya dibebaskan dari biaya kuliah saja. Sementara biaya hidup selama kuliah masih harus mengupayakan sendiri.
"Anaknya sejak dulu memang ingin kuliah di Jogja. Kami senang anak bisa diterima masuk UGM gratis. Namun karena beasiswanya tidak full, asrama dan biaya hidup tidak ditanggung. Saya bilang ke anaknya untuk tidak usah diambil karena memang tidak mampu biayanya, bantu-bantu di rumah jualan saja," ungkap Afrianti .
Mereka pun lantas ke sekolah untuk menyampaikan hal tersebut. Namun, pihak sekolah menyarankan Arifin tetap lanjut kuliah. Pasalnya, Arifin merupakan satu dari dua lulusan MAN 1 Banda Aceh yang berhasil menjadi angkatan pertama tembus masuk UGM.
"Soal biaya hidup kata sekolah nanti bisa cari beasiswa KIP. Semoga dapat, kalau tidak ya anaknya cari beasiswa lainnya untuk hidup di Jogja. Kami hanya bisa mendoakan anaknya bisa lancar kuliah dan jadi orang sukses, bisa membantu keluarga nantinya,” imbuh Mukhlis sang ayah.
UGM sebagai lembaga pendidikan tinggi telah berkomitmen membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi masyarakat, termasuk bagi masyarakat kurang mampu, 3 T, serta penyandang disabilitas. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan pendidikan berkualitas, inklusif, berkeadilan, dan merata bagi semua dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Bagikan