Kampus
09 September, 2024 22:23 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan menyebut bertemu anak-anak muda yang berkuliah di berbagai kampus, meyakinkan dirinya bahwa masih banyak generasi muda yang peduli dengan masa depan Indonesia.
Alasan inilah yang menjadikan Anies memilih ke depan, dirinya akan lebih aktif berkeliling kampus untuk berdialog dan belajar dengan anak-anak muda.
“Hari ini saya bisa pulang kembali ke almamater kebanggaan. Ini merupakan dialog tentang peran generasi muda memanfaatkan era digital dalam mengawal demokrasi,” kata Anies Rasyid Baswedan saat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (9/9/2024).
Anies Baswedan hadir di UGM sebagai pembicara dalam dialog ‘Demokrasi dalam Genggaman, Kepemimpinan Anak Muda di Era Digital’. Selama dua jam lebih, Anies berdialog dengan mahasiswa tentang masa depan Indonesia dan demokrasinya.
“Ini sangat penting, karena di genggaman tangan-tangan anak muda dan melalui alat komunikasi sebagai alat perjuangannya, masa depan demokrasi Indonesia ditentukan. Lewat dunia digital, kalian telah menunjukkan peran nyata menjaga konstitusi, memperkuat demokrasi dan mengamankan cita-cita reformasi,” katanya.
8 Kekuatan
Anies Baswedan memaparkan ada delapan kekuatan yang dimiliki anak muda dalam melawan kebohongan dan mengawal demokrasi pada era di mana kebebasan bisa dibuat siapa dan tentang apa saja.
“Pertama, mereka memiliki jangkauan yang sangat luas. Kedua, mereka memiliki kegeraman atas praktik-praktik menyimpang di mana-mana, yang berada dekat mereka. Itu tidak bisa diterima. Ketiga, mereka memiliki daya melipatgandakan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,” jelasnya.
Kekuatan keempat, lanjut Anies, mereka tidak peduli pada posisi atau jabatan, karena mereka bisa muncul dengan ide-ide baru yang menarik dan bisa mempengaruhi orang lain. Kelima, mereka memiliki kekuatan memperbesar aktivisme di dunia nyata dengan dunia maya.
Keenam, mereka mendapatkan kemudahan membangun jejaring luas. Meskipun tidak saling kenal, kesamaan pandangan menyatukan mereka. Ketujuh, daya ekspresi yang sangat kreatif sehingga ide-ide perlawanan bisa bergulir dan diterima sebagai sesuatu yang baru dan menarik.
Terakhir, apa yang dilakukan dengan memanfaatkan dunia sosial memiliki daya jangkau global.
“Kekuatan dan daya tarik ini yang menjadi alasan saya menjalankan aktivitas baru, berkeliling kampus. Saya bisa berdiskusi, bertukar pikiran, dan saling belajar karena pertanyaan-pertanyaan yang diberikan membutuhkan waktu berpikir sebelum menjawab,” jelasnya.
Bagikan