Sekolah Kita
02 Juli, 2022 23:26 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JAKARTA – Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Puspeka Kemendikbudristek) menggelar kegiatan Kampanye Digital (Digital Campaign Activity) guna membangkitkan semangat patrotisme, nasionalisme, cinta tanah air dan cinta Pancasila.
Kampanye itu bertujuan mendorong rasa bangga generasi emas anak Indonesia yang berada di satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah bangga terhadap Pancasila yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Penguatan Karakter (Kapuspeka), Hendarman dalam acara (SMB) “Pelajar Pancasila Bangga Punya Pancasila” yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis (30/6/2022) menjelaskan, kampanye tersebut menyasar para pelajar pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi yang aktif menggunakan media digital.
“Kami di Puspeka ingin memunculkan kecintaan, kebanggaan dengan Pancasila sejak anak berada di jenjang PAUD, pendidikan dasar dan menengah hingga pendidikan tinggi. Kami pilih kampanyenya digital karena ini adalah medium yang sangat dekat dengan generasi muda. Strategi ini dibuat untuk membangun perhatian yang melibatkan pelajar melalui aktivasi kreasi,” tutur Hendarman dalam siaran pers yang dilansir Eduwara.com, Jumat (1/7/2022) dari laman resmi Paudpedia.
Mengutip hasil penelitian dari We Are Social pada Februari 2022, Hendarman menyebutkan rata-rata penggunaan internet per hari pada usia 16-48 tahun adalah 8 jam 36 menit. Menurut Hendarman, sangat disayangkan kalau potensi ini tidak digunakan untuk hal positif, salah satunya untuk menambah kecintaan terhadap Indonesia.
Kegiatan kampanye digital dalam bentuk aktivitas kreasi ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi generasi muda dalam memaknai nilai luhur Pancasila.
“Dengan cara yang menarik yakni menampilkan kemampuan artistik dan kreatif ini. Harapannya generasi muda akan bersama-sama menjadi bagian dari kampanye. Dengan demikian, mereka bisa memahami nilai luhur Pancasila dan mampu melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dalam menjunjung ideologi bangsa dan negara,” ujarnya.
Media Sosial
Menurut Hendarman, biarkan anak bertanya karena hal tersebut merupakan proses mereka bernalar kritis. Berikan motivasi anak untuk banyak mencoba bersama lingkungannya, untuk memahami nilai gotong royong. Kemudian juga harus melihat situasi yang terjadi di luar negara kita untuk belajar.
"Kita harus berakhlak mulia kepada Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan negara. Kita dengan banyak coba jadi mandiri untuk berkarya. Proses yang komprehensif inilah yang mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang keberhasilannya akan sangat tergantung pada sinergi antar tiga ekosistem pendidikan,” tambah dia.
Lebih lanjut dijelaskan, Gelaran Aktivasi Kreasi sudah dilakukan sejak 8-26 Juni 2022, yaitu aktivasi kreasi mewarnai jenjang PAUD hingga jenjang SD dan aktivasi kreasi coach story Instagram dengan menggunakan fitur di Instagram untuk jenjang SMP, SMA, SMK, perguruan tinggi, dan masyarakat umum.
Sependapat dengan Hendarman, salah seorang praktisi komunikasi, Dian Aris Maulana menilai pemilihan kampanye melalui media sosial khususnya Instagram dinilai sebagai strategi yang tepat.
“Contohnya di Instagram yang saya lihat sangat mungkin anak-anak muda ini mengajak teman mereka untuk ikut acara tersebut atau berkampanye. Di Instagram banyak yang posting. Saya juga bagikan konten-konten positif tentang bangga terhadap Pancasila ke teman, keluarga dan tetangga saya,” jelas dia.
Aris menambahkan, media sosial merupakan media yang efektif untuk berkampanye.
“Saya mendukung karena kanalnya sangat pas dan audiensnya generasi muda. Ini salah satu indikator di mana kampanye sosial ini sukses. Saya harap ini bisa dilaksanakan secara kontinu, masif, dan kreatif lagi agar semakin banyak anak-anak muda di masa mendatang yang terlibat,” lanjut Aris.
Dia juga menyarankan agar ke depan, Kemendikbudristek bisa merambah media kampanyenya melalui aplikasi Tik Tok, Twitter, bahkan status Whatsapp yang umum digunakan oleh masyarakat awam.
“Karena kanal-kanal tersebut sangat berpengaruh. Apalagi kalau kementerian juga mengoptimalkan kampanye secara luring tidak hanya daring, seperti lokakarya (workshop), seminar, dan kunjungan (roadshow) ke sekolah-sekolah,” ujar dia. (K. Setia Widodo/*)
Bagikan