Bantu Tingkatkan Hasil Panen, Dosen UNY Hadirkan Teknologi Gelombang Suara Binatang

04 Oktober, 2024 22:06 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

04102024-UNY alat suara binatang.jpg
Dosen UNY, Nur Kadarisman, menghadirkan teknologi ABHS untuk memanipulasi suara alami binatang, seperti Garengpung, Belalang Kecek, Orong-orong, Jangkrik dan Kinjeng Tangis. Upaya yang dilakukan ini bertujuan untuk mendukung peningkatan hasil pertanian. (EDUWARA/Dok. UNY)

Eduwara.com, JOGJA – Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Nur Kadarisman, menghadirkan prasarana audio untuk memanipulasi suara alami binatang, seperti Garengpung, Belalang Kecek, Orong-orong, Jangkrik dan Kinjeng Tangis. Upaya yang dilakukan ini bertujuan untuk mendukung peningkatan hasil pertanian.

Audio Bio Harmonic System (ABHS) adalah salah satu teknologi tepat guna yang menggunakan gelombang bunyi untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan kuantitas hasil panen. Teknologi ini menggunakan gelombang suara alami binatang yang dimanipulasi pada frekuensi tertentu sehingga menyebabkan stomata membuka karena beresonansi.

Alat ini dikenalkan Nur Kadarisman, saat memberikan pelatihan dan pendampingan penggunaan teknologi Audio Organic Growth System (AOGS) untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman pertanian di Karangmojo, Gunungkidul.

“ABHS pada dasarnya merupakan cara pemupukan daun (foliar) dengan pengabutan larutan pupuk yang mengandung trace mineral yang digabungkan serentak bersama gelombang suara frekuensi tinggi,” kata Nur Kadarisman pada Jumat (4/10/2024).

Dijelaskan Nur, mulut daun hanya membuka dan menutup oleh perintah satu organ yang disebut guardcell. Perintah ini muncul sebagai respons terhadap kelembaban, suhu, dan atau cahaya.

“Gelombang suara merupakan gerakan mekanis yang mampu menggetarkan semua materi yang dilaluinya dengan frekuensi yang sama, peristiwa ini disebut resonansi,” paparnya.

Modifikasi teknologi suara dapat diatur hingga mencapai frekuensi yang tepat sesuai dengan jenis tanaman pangan di Indonesia. ABHS memanipulasi peak frekuensi untuk mendapatkan resonansi dengan membran stomata sehingga stomata membuka.

ABHS, teknologi tepat guna yang menggunakan gelombang suara alami binatang untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan kuantitas hasil panen. (EDUWARA/Dok. UNY

Kesederhanaan dan Kemudahan

Nur mencontohkan bagaimana Garengpung memiliki frekuensi suara 3256 Hz dan biasanya berbunyi pada pukul 07.00 hingga 10.00 WIB. Frekuensi bunyi tertinggi yaitu 5253 Hz dimiliki Belalang Kecek yang berbunyi pada pukul 19.00 hingga 22.00 WIB.

Teknologi gelombang suara digunakan untuk menyuburkan tanaman menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi antara 3.000 Hz-5.000 Hz dan dipadu nutrisi organik melalui daun.

Hasil penelitian secara spesifik menunjukkan bahwa tanaman kentang dengan pemaparan bunyi dengan frekuensi 3000 Hz mampu meningkatkan produksi sebesar 60-80 persen dengan teknologi ini.

“Inovasi ABHS dari segi harga yang relatif sangat murah karena hanya mengeluarkan dana Rp 400-600 ribu bila dibandingkan perangkat AOGS yang saat ini di kisaran Rp 6-9 juta. Inovasi lainnya adalah kesederhanaan dan kemudahan penggunaan dengan sumber energi memakai energi baterai charger dan tenaga surya,” katanya.

Pelatihan ini merupakan bagian dari usulan PKM Penugasan Guru Besar dan Tenaga Dosen Struktural UNY yang beranggotakan, Agus Maman Abadi, Cahyorini Kusumawardani, Nur Kadarisman dan Eko Widodo.

Ketua Tim PKM UNY, Agus Maman Abadi, berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi petani karena mendapatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen yang lebih baik dibanding sebelum digunakannya teknologi ABHS.

“Tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia karena bunyi dasar yang digunakan adalah suara binatang yang ada di lahan pertanian sekitar pemukiman warga. Ujungnya juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menyehatkan warga karena mengkonsumsi hasil panen yang higienis,” tutupnya.