Kampus
16 Maret, 2022 05:39 WIB
Penulis:Bhakti Hariani
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, PALANGKARAYA— Dalam era society 5.0, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter humanis.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Agama Zainut Tahid Sa’adi yang menyoroti peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dalam menyongsong era society 5.0 saat berbicara pada Seminar “Inovasi Pendidikan Di Era Society 5.0” di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (15/3/2022).
Dia mengatakan, society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan sosial dengan memasukkan inovasi-inovasi dari revolusi industri keempat ke dalam setiap industri dan kehidupan sosial.
Menurutnya, society 5.0 ditandai antara lain dengan kehidupan masyarakat yang sangat dinamis dan kompetitif. Karenanya, kampus PTKIN harus mampu menyiapkan sumberdaya manusia yang unggul, namun tetap berkarakter humanis, religius, dan nasionalis.
“Tujuan kampus bukanlah untuk menyiapkan manusia-manusia yang hanya dapat mengandalkan ijazah untuk melanjutkan kehidupannya. Mahasiswa harus dilatih hingga tahu cara mengandalkan ilmu yang diperoleh untuk melanjutkan hidup,” ujar Wamenag dalam siaran pers yang diterima Eduwara.com, Selasa (15/3/2022).
“Itulah yang menjadi ciri universitas generasi ketiga, ketika pendidikan tidak hanya berorientasi sekedar serah terima ijazah, melainkan terjalin koneksi keilmuan yang erat, lancar, dan saling melengkapi, antara dunia usaha dan dunia pendidikan,” tutur Zainut.
Seminar ini digelar oleh Forum Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (Fordetak). Hadir, Rektor IAIN Palangkaraya, Khairil Anwar, Sekretaris Dirjen Pendidikan Islam Rohmat Mulyana Sapdi, Ketua Fordetak Sururin, Dekan FTIK IAIN Palangkaraya, Rodhatul Jennah, serta para Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan se-Indonesia.
Zainut berharap, PTKIN dapat terus beradaptasi untuk selalu memberikan nilai lebih dan nilai guna, agar tidak hilang dari pergaulan masyarakat kelima yang kompetitif dan berorientasi pada hasil. Menurutnya, salah satu keunggulan orang yang berilmu adalah dapat memberi nilai dan manfaat pada suatu hal yang dianggap oleh orang lain tak bernilai atau tidak dapat digunakan.
Di era masyarakat kelima, PTKIN perlu terus berlari, mengejar, mempersempit jarak ketertinggalan, terutama di bidang sains dan teknologi. Pada saat bersamaan, PTKIN juga harus menggali dan memahami aset, potensi, dan keunggulan dirinya dan juga bangsa Indonesia.
“Aset yang kita miliki, baik yang berwujud maupun yang tak berwujud perlu kita taksir nilainya, dan orang lain juga penting mengetahui nilai dan manfaatnya agar menghargai aset kita itu,” ujarnya.
Bagikan