Belajar dari Romo Mangun, UII Gelar Pameran Arsitektur

01 Agustus, 2024 23:10 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

01082024-UII kerja sama dengan jerman.jpg
Rektor UII Fathul Wahid bersama Duta Besar Jerman Ina Lepel, saat pembukaan pameran ‘Learning from Mangunwijaya’, Rabu (31/7/2024) petang. (EDUWARA/Dok. UII)

Eduwara.com, JOGJA – Berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Jerman, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menggelar pameran karya yang merefleksikan arsitek Yusuf Bilyarta (YB) Mangunwijaya atau Romo Mangun.

Bertajuk ‘Learning from Mangunwijaya’, pameran berlangsung di Langgeng Art Foundation Yogyakarta dari 31 Juli sampai 18 Agustus 2024. Proyek ini juga melibatkan 50 mahasiswa dari tujuh universitas di India, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Rektor UII Fathul Wahid dalam rilis Kamis (1/8/2024), mengatakan dalam program ‘Learning from Mangunwijaya’, UII Yogyakarta melibatkan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII Yogyakarta.

“Proyek ‘Learning from Mangunwijaya’ bertujuan mengkaji dampak dari gagasan-gagasan Mangunwijaya terhadap generasi arsitek Indonesia saat ini dan relevansinya dengan perkembangan kontemporer di wilayah tersebut,” katanya.

Dipaparkan Fathul, proyek ini merefleksikan karya Mangunwijaya dan menunjukkan relevansinya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kontemporer serta menawarkan solusi terhadap permasalahan masa kini.

Diharapkan, kerja sama para mahasiswa dari lima negara, pemerintah Jerman dan kurator dari Encounters with Southeast Asian Modernism (SEAM), akademisi Jurusan Arsitektur UII mampu melihat karya-karya arsitek Mangunwijaya dari mata lain yang berbeda lintas budaya dan pemahaman.

“Ini juga merupakan konsisten kami terus menguatkan dampak di tingkat global melalui kemitraan. Hingga 2024, UII telah merajut kemitraan dengan ratusan instansi pemerintah, lembaga, dan perguruan tinggi yang terjalin di 32 negara, termasuk salah satunya di Jerman,” tegasnya.

Arsitektur Kolaboratif

Saat ini, lanjut Fathul, kemitraan UII dengan Jerman terjalin melalui program mobilitas internasional dosen dan mahasiswa, riset bersama, publikasi ilmiah, dan kerja sama kelembagaan dengan perguruan tinggi.

Wakil SEAM, Sally Below menyebut sosok Mangunwijaya adalah arsitek dan pendeta Katolik yang menjadi pelopor dalam arsitektur kolaboratif dan berkelanjutan, yang merespons secara khusus kebutuhan lingkungan lokal.

“Arsitektur Mangunwijaya mencerminkan pendekatan kesadaran sosial dengan warisan arsitektur yang tak terpisahkan dari komitmennya terhadap kebaikan bersama,” ucapnya.

Sepulang dari studi di Jerman, Mangunwijaya merancang sekitar 80 bangunan, proyek perkotaan, dan bangunan lainnya antara tahun 1967 dan 1998. Di mana salah satu yang paling mendapatkan perhatian adalah proyek pembangunan kembali Sungai Kali Code, Kota Yogyakarta.

Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel menyatakan proyek tahun ini merupakan kelanjutan dari proyek ‘Dipl.-Ing. Arsitek: Arsitek Indonesia Lulusan Jerman Tahun 1960an’ yang berlangsung di Jakarta pada 2022 dan 2023.