Cendekiawan ICMI Harus Jadi Inspirasi Perubahan dan Perekat Keragaman

23 Mei, 2022 22:58 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

23052022-Pelantikan Pengurus ICMI Yk.jpg
Ketua Umum ICMI Arif Satria saat melantik pengurus ICMI Orwil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2022-2027 di Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (23/5/2022). Dalam sambutannya, Ketua ICMI Orwil DIY 2022-2027, Mahfud Sholihin, menegaskan pihaknya siap menjadi inspirator untuk perubahan yang mendorong kemajuan masyarakat Yogyakarta. (EDUWARA/Setyono)

Eduwara.com, JOGJA - Pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) meminta cendekiawan muslim anggotanya mengoptimalkan peran sebagai pendorong perubahan dan menjadi inspirator dari setiap dinamika dan persoalan dalam masyarakat. Selain itu, cendekiawan juga perlu menjadi perekat keragaman.

Hal ini disampaikan Ketua Umum ICMI, Arif Satria dalam orasinya saat pelantikan pengurus ICMI Orwil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2022-2027 di Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (23/5/2022).

Arif menyatakan peran cendekiawan saat ini sangat strategis, khususnya pasca pandemi Covid-19. Sejak pandemi ini melanda dua tahun silam, semua negara di dunia belajar dari nol bagaimana mengatasi perubahan tidak direncanakan yang disebabkan oleh virus.

"Yang menentukan masa depan untuk keluar dari masalah pasca pandemi adalah kecepatan belajar. ICMI harus menjadi inspirator dalam proses pembelajaran itu dan menjadi pendorong perubahan yang lebih baik," katanya.

Rumah Inspirasi

Arif yang menjabat sebagai Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menyatakan, ICMI juga harus menjadi rumah bagi umat Islam. "Organisasi ini harus satu frekuensi dengan perubahan dan umat Islam," ujarnya.

Ketua ICMI Orwil DIY 2022-2027, Mahfud Sholihin, menegaskan pihaknya siap  menjadi inspirator untuk perubahan yang mendorong kemajuan masyarakat Yogyakarta.

"Organisasi intelektual muslim ini ingin menjadi inklusif, menjadi poros rumah perubahan, inspirasi, budaya, dan perubahan," jelas dosen FEB UGM.

Sebagai organisasi perubahan, ICMI ke depan harus membumi. Tidak hanya melakukan kerja intelektual, juga harus masuk pada ranah atau atau dimensi praksis.

"Kami tidak ingin berada di menara gading. Sebaliknya kami ingin mengintegrasikan gagasan dan pelaksanaan atau mendorong gagasan membumi, yang mengedepankan gerakan nyata dengan mengoperasionalkan gagasan dalam berbagai agenda aksi di masyarakat, yang berbasis pada integrasi gerakan ilmu amaliah, dan amal imiah," kata dia.

Alasan pentingnya masuk ranah praksis, kata dia, kondisi masyarakat pasca Covid-19 memerlukan dorongan untuk bangkit dalam kehidupan untuk memulihkan dampak Covid-19.

Berpijak pada peran perubahan itu, ICMI membuka diri kepada persoalan publik, dengan menjadi rumah inspirasi. "Kami ingin menjadi rumah lahirnya keragaman gagasan baru untuk kemajuan dan perubahan."

Peran lainnya, ICMI DIY menjadi rumah kebudayaan dan perubahan yang didasari situasi sosial Yogyakarta sebagai pendulum kebudayaan.

Jembatan Penghubung

Rektor UII Fathul Wahid, mengemukakan peran cendekiawan sangat penting untuk kemajuan sebuah bangsa, dengan berbagai alasan. Beberapa di antaranya adalah kekuatan yang dimiliki oleh cendekiawan.

Pertama adalah kekuatan moral. Cendekiawan menjadi sangat penting secara moral mengawal perjalanan bangsa dan negara supaya tetap sesuai dengan cita-cita luhur dan konstitusi.

"Adakalanya cendekiawan meniup peluit ketika terjadi pelanggaran, tetapi peluit yang ditiup dengan cara yang elegan, santun dan konstitusional, dan didasari dengan rasa cinta kepada bangsa ini," tutur Fathul Wahid.

Kedua, lanjut Dewan Pakar ICMI Orwil DIY ini, adalah kekuatan gagasan dan ketiga adalah kekuatan perekat. Lewat kedua peran terakhir, Fathul menyatakan ICMI harus menjadi jembatan penghubung, menjadi tali pengikat keragaman yang ada.

"Indonesia dibangun di atas keragaman. Ini fakta sosial dan kita tidak bisa menutup mata darinya. Tetapi, persatuan yang kita inginkan bukan berarti mengabaikan keragaman yang ada," terangnya.

Keberadaan cendekiawan yang diwadahi ICMI dinilai memainkan peran perekat ini, ketika bangsa Indonesia saat ini mengidap penyakit keterbelahan.