Kampus
13 April, 2022 06:05 WIB
Penulis:Bhakti Hariani
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, DEPOK—Masa presidensi G20 Indonesia harus dimanfaatkan untuk memperluas jejaring internasional, terutama bagi anak muda yang tengah merajut karakter kepemimpinan di masa depan.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Bidang Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat berbicara di Gedung Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/4/2022) terkait Kebangkitan di Masa Pandemi dan Pendidikan Karakter.
Luhut menuturkan, selama presidensi G20, Indonesia harus dapat memainkan peran di dunia untuk kebangkitan ekonomi ke depan. Tak hanya itu, Indonesia juga harus memperluas networking dengan dunia industri dan internasional.
Luhut mengatakan bahwa masa depan republik ini berada di era peserta mata kuliah pengembangan kepribadian terintegrasi tersebut.
“Anda sebagai seorang pemimpin harus cepat membuat keputusan dengan mendengarkan pendapat di sekelilingmu. Jangan pernah malu untuk mengakui kamu dibantu orang lain. Karena karena kalau bekerja sendiri, tidak akan menyelesaikan masalah. Kita harus berpikir bahwa kita bekerja dalam team work dan leadership yang baik,” ujar Luhut seperti dikutip dari siaran pers yang diterima redaksi Eduwara.com, Selasa (12/4/2022).
Dipaparkan Luhut, kunci dari leadership adalah ketauladanan. “Saya di akademi militer belajar tiga hal, yaitu Tanggap-Tanggon-Trengginas,” kata Luhut.
Lebih lanjut dipaparkan Luhut, tanggap adalah kecerdasan yang tetap dipelihara terus, tanggon merupakan karakter, jiwa, spirit, sedangkan trengginas itu sehat.
Sementara itu, terkait dengan pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi Covid-19, Luhut mengatakan posisi Indonesia saat ini sudah kembali (rebound), tapi tantangan lain masih mengintai.
“Pandemi belum berakhir, tetapi dunia dihadapkan pada tantangan baru, yakni invasi Rusia ke Ukraina. Yang menjadi lebih penting adalah pertama kali Amerika Serikat menghadapi satu negara yang memiliki nuclear power terbesar di dunia, yaitu Rusia. Menanggapi masalah ini, Indonesia harus cermat bernavigasi sebagai Presidensi G20 berdasarkan UUD 1945,” ungkapnya.
Dalam materi yang disampaikan, Luhut mengatakan PBB memperkirakan perang Rusia—Ukraina diperkirakan menambah 7,6 juta –13,1 juta orang kelaparan di seluruh dunia, dan Indonesia tidak termasuk dalam kategori tersebut. Rusia dan Ukraina berperan penting terhadap ekspor komoditas energi, pangan, dan logam dunia yang menyebabkan kenaikan harga komoditas.
Oleh karena itu, lanjut Luhut, Indonesia harus kuat dalam produksi dalam negeri. Perang Rusia-Ukraina memicu kenaikan inflasi di berbagai negara, terutama didorong oleh meningkatnya harga energi dan pangan. Kenaikan harga minyak, gandum, dan jagung meningkatkan nilai kebutuhan impor dari negara-negara seperti Mesir, Pakistan, Srilanka, dan Tunisia.
UI Bantu Pemerintah
Sementara itu, Rektor UI Ari Kuncoro mengatakan selama pandemi UI telah melahirkan banyak inovasi untuk membantu pemerintah menanggulangi pandemi dan memutus mata rantai penularan virus. UI juga mendukung upaya pemerintah melalui program vaksinasi di Rumah Sakit UI dan Klinik Satelit dengan menyasar dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan masyarakat sekitar.
Menyambut G20, Indonesia, kata Ari, memegang posisi strategis dalam G20, yang merupakan kerja sama ekonomi multilateral yang berisi 19 negara dengan ekonomi terbesar di dunia plus uni eropa. “UI akan menyimak evaluasi, strategi, pencapaian, dan
action plan
pemerintah dalam menangani Covid-19 serta bagaimana mengoptimalkan Presidensi G20 Indonesia untuk kepentingan nasional pascapandemi,” tutur Ari.
Bagikan