Sekolah Kita
05 Januari, 2022 21:35 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, BANTUL – Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Manembayo) mengajak siswanya untuk mengenal dunia riset sejak dini. Ini sebagai modal siswa membiasakan diri dalam dinamika lingkungan pendidikan di perguruan tinggi.
Sekolah ini dahulu bernama MAN LAB Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, dan baru diubah menjadi MAN 4 Bantul pada 2009. Menurut Kepala Sekolah MAN 4 Bantul, Singgih Sampurno, sekolahnya memiliki modal besar dalam pendidikan riset.
"Jujur, motivasi kami membangun pendidikan berbasis riset ini memang berlatar belakang lingkungan yang dulu milik perguruan tinggi. Kami berani karena kami melihat di satu sisi sebagai kota pendidikan, pelajar kami memiliki peluang melanjutkan ke perguruan tinggi," kata Singgih, kepada Eduwara.com, Rabu (5/1/2022).
Ia mengatakan keberadaan para guru yang pernah menulis makalah, artikel, skripsi bahkan tesis membuat penularan seluk beluk tentang riset mudah dipahami siswa. Dengan ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai Madrasah Riset, Singgih mengembangkan ilmu riset melalui kurikulum serta diintegrasikan ke mata pelajaran muatan lokal.
Di mata pelajaran IPA, materi riset diaplikasikan dalam mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Sedangkan di kategori IPS, ilmu riset diterapkan pada Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Matematika dan Bahasa Indonesia.
"Kami mengenalkan riset ini agar anak-anak terbiasa menulis dan paham tentang jurusan di perguruan tinggi yang akan diambil sesuai minat dan bakat. Ini bakal memudahkan mereka berkomunikasi dengan dosen," lanjut Singgih yang baru menjabat Kepala Sekolah pada Januari tahun lalu.
Tidak hanya itu, MAN 4 Bantul juga menginisiasi menerapkan skema sistem kredit semester (SKS) seperti yang diterapkan pada perguruan tinggi dalam program percepatan belajar atau akselerasi. Setiap tahun, ada 10 siswa yang mengikuti program ini.
"Sistem SKA ini sebagai jaminan mutu kami bahwa yang mengikuti program itu dipastikan masuk ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta lewat SNMPTN, SBMPTN maupun UTBK," lanjutnya.
Lebih jauh Singgih memaparkan, sekolahnya juga mendapatkan program penempatan anak pekerja migran yang berasal dari Malaysia. Bekerja sama dengan 'Sabah Bridge', MAN 4 Bantul sejak 2018 menerima siswa-siswi anak-anak pekerja migran.
Oleh organisasi, 10 anak yang dikirim, pertahun dibiayai penuh untuk bersekolah serta pondok pesantren sampai lulus. Anak-anak juga ditantang untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tentunya dengan pembiayaan melalui beasiswa.
"Program ini panggilan hati kecil saya. Sama seperti pak Jokowi yang tidak rela ada anak Indonesia yang putus sekolah, saya mengaplikasikannya lewat program ini. Meski belum pernah bertemu, tapi saya yakin beliau setuju," ucapnya.
Hari ini bertepatan dengan Milad ke-53, MAN 4 Bantul meresmikan gedung baru tiga lantai yang dibangun lewat bantuan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Gedung tiga lantai ini nantinya akan digunakan sebagai ruang aula, pelayanan akademik, dan pelayanan stadium general.
Bagikan