Kampus
15 Maret, 2022 22:21 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan kompetensi inovasi berbasis teknologi Artificial Intelligence (AI).
Untuk itu, Ditjen Dikti telah meluncurkan fasilitas server komputasi kemampuan tinggi yakni fasilitas Dikti AI Centre. Fasilitas itu dapat dimanfaatkan secara terbuka bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Plt. Direktur Jenderal Diktiristek, Nizam dalam Kick Off Dikti AI Centre dan Webinar: Creating and Connecting Virtual Worlds Using NVIDIA Omniverse, Selasa (15/3/2022). Acara itu disiarkan langsung melalui Youtube Ditjen Diktiristek.
Nizam melanjutkan, fasilitas itu ditujukan guna menciptakan ekosistem dan talenta AI di Indonesia melalui kolaborasi perguruan tinggi dengan mitra industri.
"Kolaborasi berupa kegiatan pelatihan, pendidikan, dan kerja sama riset. Melalui AI Centre ini pula, kami berharap perguruan tinggi mampu menyelesaikan permasalahan di industri maupun dunia kerja," ujar dia.
Kemudian dengan spirit Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Nizam berharap fasilitas itu bisa mengakselerasi kolaborasi kampus dengan dunia industri. Selain itu juga menghasilkan inovasi AI yang menjawab kebutuhan industri maupun lembaga pemerintah.
10 Proposal Lolos Batch I
Diktiristek telah menerima 41 proposal di Batch I dengan hasil ada 10 proposal use case yang lolos untuk mendapatkan pendanaan dan pemanfaatan Dikti AI Centre.
"Selain itu, melalui platform Kedaireka Matching Fund kami mengundang perguruan tinggi untuk bekerjasama dengan stakeholder guna mengembangkan berbagai aplikasi AI sehingga bisa memanfaatkan Dikti AI Centre," kata dia.
Adapun 10 proposal use case yang lolos berasal dari Universitas Bina Nusantara; Universitas Diponegoro; Universitas Gunadharma; Universitas Indonesia; Universitas Syiah Kuala; Universitas Pembangunan Jaya; Institut Teknologi Bandung; Politeknik Statistika STIS; Universiras Kristen Satya Wacana; dan Universitas Hasanudin.
Nizam berharap, kesepuluh universitas tersebut bisa mengembangkan AI Centre di Indonesia. Kemudian bagi universitas yang belum bergabung dipersilahkan memanfaatkan fasilitas Dikti AI Centre melalui skema riset maupun Matching Fund Kedaireka.
Sementara itu, Dosen Program Studi Informatika Universitas Diponegoro, Adi Wibowo mengatakan membutuhkan waktu lama untuk memperoleh kecerdasan buatan yang terbaik.
Proposal yang diajukan, sambung Adi, membahas implementasi kecerdasan buatan untuk peningkatan sistem gempa bumi dan tsunami dengan multi sensor.
"Penelitian ini kolaborasi dengan Geofisika ITB, Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM). Untuk penyedia data utama sensor yakni Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Real-Time Global Navigation Satellite System (GNSS) oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Selain itu juga ada data Remote Sensing dari Jet Propulsion Labiratory (JPL) dan Noa Platform," jelas dia. (K. Setia Widodo)
Bagikan