Kampus
18 Juni, 2023 21:50 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA - Para guru mata pelajaran seni rupa untuk anak didik difabel tunarungu harus memiliki beragam metode mengajar dan wawasan berkarya seni. Sebab, lewat seni rupa, para siswa difabel tunarungu bisa diajak menuangkan imajinasi, ide dan perasaan yang ada dalam dirinya.
Hal ini disampaikan Onten Purbasari, mahasiswi penyandang disabilitas tunarungu Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY) dalam skripsinya.
Mengangkat judul 'Pembelajaran Seni Rupa dan Karakteristik Karya Seni Rupa Siswa Tunarungu SLB Ma'arif Muntilan', yang disidangkan pada Rabu (14/6/2023), Sari akhirnya dinyatakan lulus.
Dalam mempresentasikan hasil penelitian dan menjawab pertanyaan penguji, Sari menggunakan bahasa isyarat dan didampingi Khairil Mursyidin, mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang mendapat tugas Pusat Disabilitas UNY untuk menjadi penerjemah bahasa isyarat.
"Selama melakukan pengamatan dan penelitian, guru di SLB Ma'arif Muntilan memberikan materi pada siswa penyandang tunarungu tentang bentuk, teknik, dan pewarnaan. Karya seni rupa yang dibuat oleh siswa tampak sesuai dengan tema yang diberikan guru," jelas Sari seperti dilansir Minggu (18/6/2023).
Dijelaskan Sari, para guru membutuhkan kesabaran saat mengajar di kelas, karena tidak dapat memaksa siswa untuk menyelesaikan karya seni rupa dengan tepat waktu.
Meski bukan merupakan pelajaran wajib, namun hanya ekstrakurikuler, Sari mengatakan pembelajaran seni rupa pada siswa berkebutuhan khusus ini berfungsi untuk media ekspresi. Melalui seni rupa, anak dapat menuangkan seluruh imajinasi, ide, dan perasaan yang ada dalam dirinya.
"Gambaran ini menunjukkan guru seni harus mempunyai motivasi tinggi dan memiliki kompetensi yang baik dalam komunikasi serta mempunyai variasi beragam metode mengajar dan wawasan berkarya seni kepada siswa penyandang tunarungu," ungkapnya.
Layanan Pendidikan Inklusi
Meski harus melalui kerja keras dalam penyusunan skripsi, oleh Dosen pembimbingnya Eni Puji Astuti, Sari dianggap mahasiswa yang bersemangat dalam bimbingan. Pada awal penulisan, hasil tulisan masih belum bagus karena banyak kalimat yang belum sesuai pedoman penulisan ilmiah.
"Namun, Sari tidak putus asa untuk terus memperbaiki tulisannya agar menjadi lebih baik. Dia bercita-cita untuk menjadi guru seni bagi anak tuli dan ingin memotivasi siswa tuli yang senang menggambar dan menjadikan menggambar itu menyenangkan," katanya.
Ketua Pusat Disabilitas UNY, Ishartiwi, mengatakan keberhasilan Sari menyelesaikan tugas akhir skripsi menunjukkan UNY memberikan layanan pendidikan inklusi bagi mahasiswa disabilitas.
"Hambatan yang dimiliki oleh penyandang disabilitas tidak menjadi halangan dalam mengikuti pendidikan di UNY pada semua program studi," katanya.
Ishartiwi menambahkan Pusat Disabilitas UNY siap mendampingi mahasiswa disabilitas dalam proses pendaftaran sampai dengan menyelesaikan pendidikan di UNY.
Saat ini, Pusat Disabilitas UNY juga sedang melakukan pendampingan penyelesaian tugas akhir untuk mahasiswa disabilitas intelektual di Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIK) UNY.
Bagikan